Harapan Stimulus China Dorong Rupiah Menguat Terbatas

Jakarta, Rakyat45.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan mengalami penguatan terbatas pada perdagangan Selasa. Hal ini didukung oleh optimisme terhadap rencana stimulus yang lebih besar dari pemerintah China, sebagaimana diungkapkan oleh analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong.

Pada sesi pembukaan pasar, rupiah tercatat naik tipis sebesar enam poin atau 0,03 persen ke posisi Rp15.861 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp15.867 per dolar AS.

“Penguatan rupiah cenderung terbatas, namun tetap didorong oleh ekspektasi terhadap kebijakan stimulus dari China,” ujar Lukman  di Jakarta, Selasa (10/12/2024). dilansir dari antara.

Lukman menjelaskan bahwa pemerintah China diperkirakan akan melonggarkan kebijakan fiskal dan moneter untuk mendongkrak konsumsi domestik serta menopang sektor properti yang tengah menghadapi tekanan. Langkah ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar global, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.

Namun demikian, pelaku pasar juga tetap waspada menantikan data inflasi utama AS yang dijadwalkan rilis besok. Inflasi tahunan AS diperkirakan meningkat dari 2,6 persen pada Oktober 2024 menjadi 2,7 persen pada November 2024. Data ini akan menjadi acuan bagi kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang berpotensi memengaruhi arus modal global.

Dari dalam negeri, perhatian investor juga tertuju pada data penjualan ritel Indonesia yang dijadwalkan diumumkan siang ini. Data tersebut akan memberikan gambaran mengenai kekuatan konsumsi domestik, salah satu penopang utama ekonomi nasional.

Dalam proyeksinya, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.800 hingga Rp15.900 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini.

Optimisme terhadap kebijakan stimulus China serta antisipasi terhadap data ekonomi penting, baik dari global maupun domestik, menjadi pendorong utama dinamika pasar valuta asing saat ini. Pelaku pasar disarankan untuk tetap memonitor perkembangan terkini guna mengantisipasi risiko yang mungkin muncul.