Jakarta, Rakyat45.com – Kota Tua Jakarta merupakan destinasi wisata yang menyimpan pesona sejarah menarik dan terletak di jantung kota Jakarta. Kota Tua bisa jadi pilihan untuk berkeliling dan mendalami salah satu bukti sejarah di Jakarta.
Pada bulan Ramadhan tahun ini ada kegiatan Free Walking Tour Kota Tua yang digelar mulai 14 sampai 28 Maret 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan sejarah dan budaya Kota Tua Jakarta kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Ada tiga rute utama tur, yaitu Oud Batavia en Omstreken, mengajak peserta mengenal sejarah bangunan-bangunan di Kota Tua, Explore Arabian Village of Pekojan yang menggali budaya dan kuliner Arab di kawasan Pekojan, Jakarta Barat, serta The Secret of Chinatown yang lebih fokus pada kuliner dan tempat-tempat religi di kawasan tersebut.
Setiap sesi berlangsung sekitar satu hingga dua jam, dengan satu sesi per hari selama bulan Ramadhan. “Awalnya, nama kawasan ini adalah Sunda Kelapa, yang lebih tepat disebut kawasan daripada kota,” kata Arief (31), pemandu tur Kota Tua.
Nama Sunda Kelapa berasal dari banyaknya orang Sunda yang tinggal di kawasan tersebut, serta keberadaan pohon kelapa di daerah pelabuhan. Seiring dengan berjalannya waktu, kawasan ini beralih nama menjadi Jayakarta, kemudian Batavia setelah Belanda menguasai wilayah ini pada abad ke-17.
Kota Batavia, yang merupakan pusat perdagangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan yang berkembang pesat. VOC kemudian mengalami kebangkrutan pada tahun 1799.
“VOC bukan hanya pusat dagang, tapi juga pusat pemerintahan yang membangun kota ini,” kata Arief, seraya mengungkapkan bahwa Batavia memiliki tembok kota yang membatasi wilayah pusat kota dari daerah sekitarnya.
Tur dilanjutkan dengan penjelasan mengenai berbagai bangunan bersejarah yang ada di kawasan Kota Tua, yakni Museum Keramik dan Seni Rupa. Kedua bangunan ini awalnya berfungsi sebagai kantor pengadilan, yang dikenal dengan nama Raad Van Justisie.
“Bangunan ini dibangun pada abad ke-18 dan kemudian beralih fungsi seiring dengan perubahan pemerintahan,” kata Arief.
Pada masa penjajahan Jepang, bangunan tersebut digunakan sebagai kantor logistik, sebelum akhirnya menjadi museum hingga saat ini. Kegiatan tur pun berlanjut ke Gedung Kantor Pos, yang meskipun bukan kantor pos pertama di Batavia, memiliki sejarah yang sangat menarik.
“Kantor pos pertama ada di dekat pelabuhan, namun kantor pos besar yang kita lihat sekarang dibangun pada abad ke-19,” ujar Arief. Dari tempat ini, terungkap sistem pengiriman surat yang mengukur tarif berdasarkan jarak, dari Jakarta menuju berbagai daerah sekitar.
Tur terus berlanjut ke beberapa tempat menarik lainnya, termasuk Museum Sejarah Jakarta, yang merupakan balai kota pertama Batavia yang dibangun pada tahun 1627, serta tempat eksekusi yang terletak di depan kantor pemerintahan VOC.
“Panggung ini digunakan untuk eksekusi hukuman mati yang sering disaksikan banyak orang, bahkan di abad ke-19,” ungkap Arief.