Tagihan PDAM Melonjak; Air Bersih Langka, Pemkab Bengkalis dan DPRD Segera Cari Solusi, Bukan Janji

Bengkalis, Rakyat45.com – Krisis air bersih yang melanda Kabupaten Bengkalis hampir dua pekan terakhir membuat para pengusaha di daerah itu kelimpungan. Layanan air bersih yang dikelola Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Terubuk Bengkalis terhenti total, memicu kerugian hingga belasan juta rupiah bagi pelaku usaha.

Pengusaha air galon, Adef Adi, mengaku usahanya lumpuh total sejak awal Agustus. Produksi air galon terhenti, sementara kerugian mencapai Rp 1 juta hingga Rp1,5 juta per hari.

“Usaha ini sudah berjalan hampir tiga tahun, baru kali ini terhenti total. Bagaimana saya bisa bayar gaji karyawan kalau produksi macet? Tagihan PDAM juga melonjak dari Rp1,5 juta jadi Rp4-5 juta per bulan,” keluh Ade, Selasa (12/8/2025).

Keluhan serupa datang dari pengusaha kedai kopi, Sabri. Ia terpaksa membeli hingga 10 galon air per hari hanya untuk mencuci gelas, piring, dan kebutuhan toilet. “Sudah dua pekan begini, kami rugi besar. Bayar pajak tetap, tagihan PDAM tetap jalan, tapi air tidak mengalir. Ini menghambat investasi,” tegasnya.

Pelaku usaha cuci mobil pun terkena dampak. Pemilik doorsemer di Jalan Ahmad Yani mengaku harus menolak pelanggan karena kekurangan pasokan air. “Rugi kami sudah belasan juta. Pemerintah dan DPRD harus turun tangan memanggil direktur PDAM,” kesalnya.

Ironisnya, meski hujan sempat turun di Bengkalis beberapa hari terakhir, distribusi air bersih tak kunjung pulih.

Kepala Bagian Teknik Perumda Tirta Terubuk, Hary Kumbara, mengakui pihaknya terpaksa menghentikan produksi sejak Jum’at lalu karena keterbatasan air baku. Sebelumnya, PDAM memanfaatkan air dari Waduk BWSS III Riau, namun cadangan tersebut habis dalam sepekan.

“Waduk utama masih ada air, tapi kondisinya keruh seperti kopi susu, tidak bisa diolah dengan sistem nano filter. Kami sedang beralih ke pengelolaan konvensional, tapi butuh bahan kimia dan instalasi peralatan yang sudah lama tidak digunakan,” jelas Hary.

Ia menyebut, jika proses ini lancar, produksi air bisa kembali berjalan pada Kamis dengan kapasitas 30 liter per detik, jauh di bawah kapasitas normal 80 liter per detik. Dengan stok air baku yang terbatas, pasokan diperkirakan hanya mampu bertahan empat sampai lima hari tanpa hujan.

Para pengusaha mendesak Pemkab Bengkalis dan DPRD segera mencari solusi permanen agar krisis ini tidak berulang. Mereka menilai PDAM telah gagal memenuhi kewajibannya.
“Kami butuh air untuk hidup dan usaha, bukan sekadar janji,” tegas salah satu pelaku usaha.

Krisis ini menjadi ujian bagi pengelolaan layanan publik di Bengkalis. Tanpa langkah cepat dan terukur, dampaknya bisa meluas, bukan hanya ke pengusaha, tapi juga ke masyarakat luas yang mengandalkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.**