Lifestyle

Makan Sehat Bukan Soal Uang: Mengapa Banyak Orang Tetap Memilih Cepat Saji?

38
×

Makan Sehat Bukan Soal Uang: Mengapa Banyak Orang Tetap Memilih Cepat Saji?

Sebarkan artikel ini
Makan Sehat Bukan Soal Uang: Mengapa Banyak Orang Tetap Memilih Cepat Saji?
Ilustrasi: makanan cepat saji dan tren kuliner viral justru lebih sering dipilih.(R45/Md)

Meski makanan sehat relatif terjangkau, makanan cepat saji dan tren kuliner viral justru lebih sering dipilih. Pakar gizi menilai, masalahnya bukan harga, melainkan gaya hidup dan kebiasaan.

Pekanbaru, Rakyat45.com – Sayur dan buah di pasar tradisional harganya relatif terjangkau. Namun di kota-kota besar, banyak orang lebih sering memilih burger, ayam goreng cepat saji, atau minuman manis kekinian. Fenomena ini menunjukkan, diet sehat bukan hanya soal biaya, tetapi juga tentang gaya hidup, aspirasi sosial, dan prioritas keseharian.

Studi terbaru menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya mampu membeli makanan sehat dengan harga yang masuk akal. Namun, kenyataannya banyak rumah tangga lebih memilih makanan olahan atau cepat saji.

“Tidak bisanya itu penyebabnya macam-macam. Bisa jadi karena tidak ada (makanan), tidak tahu, atau pertimbangan ekonomi sehingga makanan yang dibeli itu-itu saja,” ujar Prof. Purwiyatno Hariyadi, ahli pangan dari IPB, dikutip dari Suara.com.

Selain faktor ketersediaan, persepsi juga memengaruhi. Makanan sehat sering dianggap mahal, padahal menurut pakar sebenarnya tidak selalu demikian. “Makanan sehat tidak perlu mahal. Indonesia punya banyak kuliner tradisional yang bisa jadi alternatif lebih sehat dan terjangkau,” tulis artikel RRI.

Meski begitu, gaya hidup modern membuat masyarakat lebih condong pada kepraktisan. Memasak sayur di rumah butuh waktu, sementara memesan makanan cepat saji hanya butuh beberapa klik di aplikasi. “Makanan cepat saji mengandung kalori yang cukup tinggi, tetapi rendah serat,” tulis Alodokter, menjelaskan risiko konsumsi berlebih pada fast food.

Selain faktor praktis, ada pula aspek sosial. Minuman kekinian atau makanan viral sering dianggap lebih menarik untuk dibagikan di media sosial. Ada gengsi tertentu ketika nongkrong dengan kopi susu kekinian dibanding membawa bekal buah dari rumah.

Fenomena ini menyisakan pertanyaan: apakah makan sehat benar-benar sulit dijangkau, atau kita hanya lebih memilih kenyamanan dan gengsi sosial? Pada akhirnya, pilihan makanan bukan lagi sekadar soal perut, tetapi juga cerminan gaya hidup.