Pekanbaru, Rakyat45.com – Tak banyak yang tahu, Kota Pekanbaru yang kini dikenal sebagai pusat perdagangan dan jasa di Sumatra dulunya hanyalah sebuah kampung kecil bernama Senapelan. Terletak di tepi Sungai Siak, kawasan ini awalnya menjadi jalur penting perdagangan hasil bumi masyarakat pedalaman menuju Selat Malaka.
Sejarah mencatat, pada tahun 1762, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah atau yang dikenal sebagai Marhum Bukit, memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dari Mempura ke Senapelan. “Kami memilih Senapelan karena lokasinya strategis di tepi Sungai Siak, yang menghubungkan pedalaman dengan dunia luar,” demikian tertulis dalam naskah sejarah yang mengabadikan kebijakan sang Sultan.
Dua dekade kemudian, tepatnya 23 Juni 1784, sang Sultan membuka sebuah pasar di kawasan itu. Pasar baru tersebut lambat laun dikenal dengan sebutan Pekan Baru, yang kemudian menjadi cikal bakal nama kota ini. Tanggal berdirinya pasar itu pun kini diperingati sebagai Hari Jadi Kota Pekanbaru.
Memasuki abad ke-19, Belanda menjadikan Sungai Siak sebagai jalur perdagangan penting. Komoditas seperti karet, timah, dan hasil bumi lainnya dikirim melalui pelabuhan di sekitar Senapelan. Sejak itu, Pekanbaru tumbuh menjadi kota perdagangan yang ramai.
Perkembangan signifikan terjadi setelah Indonesia merdeka. Pada 1956, Pekanbaru ditetapkan sebagai kota praja, dan tiga tahun kemudian, tepatnya 1959, statusnya naik menjadi ibu kota Provinsi Riau.
Kini, Pekanbaru menjelma sebagai salah satu kota besar dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Sumatra. “Kita tentu harus banyak bersyukur karena proses sejarah Pekanbaru dari tepian Sungai Siak, sekarang sudah menjadi kota berkembang, kota metropolitan. Tentu kita perlu bersyukur dan terus merawat Kota Pekanbaru agar lebih sejahtera lagi,” ujar Wali Kota Agung Nugroho seusai paripurna HUT Pekanbaru beberapa waktu lalu.