Jakarta, Rakyat45.com – Belantara Foundation kembali mendorong partisipasi generasi muda untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Dalam ajang IUCN World Conservation Congress yang digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), lembaga ini menjadi salah satu narasumber pada sesi IUCN Youth Pavilion bertema “How Youth Tackle the Overlooked Aspect of Biodiversity Crisis in Southeast Asia”.
Diskusi interaktif tersebut menjadi ruang berbagi pengalaman antar pemimpin muda perempuan Asia Tenggara dalam menghadapi krisis biodiversitas melalui langkah-langkah kreatif dan inovatif.
Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi PROGRES (Prakarsa Konservasi Ekologi Regional Sulawesi) bersama Belantara Foundation, Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA), serta 30×30 Indonesia & Diverseas.
Manajer Program & Fundraising Belantara Foundation, Diny Hartiningtias, menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya memperkenalkan pentingnya biodiversitas kepada masyarakat, terutama kalangan muda.
“Kami mengajak siswa di kota-kota besar mengenali kekayaan hayati di sekitarnya melalui Belantara Biodiversity Class. Sementara bagi generasi muda yang sedang meniti karier, kami membuka kesempatan magang, penelitian, dan survei biodiversitas,” ujar Diny, Rabu (15/10/2025).
Diny menegaskan, langkah kecil seperti mengenali flora dan fauna di sekitar lingkungan tempat tinggal adalah bagian penting dari upaya konservasi yang berkelanjutan.
Co-Executive Director PROGRES, Sheherazade, yang menjadi penggagas diskusi, menyebut pentingnya hubungan lintas generasi dalam gerakan konservasi.
“Anak muda bisa belajar dari pengalaman generasi sebelumnya. Tapi mereka juga perlu berani mencoba pendekatan baru yang lebih relevan dengan tantangan zaman,” jelasnya.
Ia menambahkan, dukungan dan bimbingan dari para senior sangat berperan dalam membuka akses serta memperkuat jaringan bagi generasi muda yang ingin terjun di bidang konservasi.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, mengingatkan bahwa dunia saat ini menghadapi apa yang disebut Triple Planetary Crisis — tiga krisis besar yang meliputi perubahan iklim, hilangnya biodiversitas, serta polusi dan limbah.
“Ketiga krisis ini mengancam fondasi ekologi dan sosial yang menopang seluruh target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tanpa penanganan terpadu, target SDGs 2030 akan sulit tercapai,” tegas Dolly.
Ia menjelaskan, hilangnya biodiversitas umumnya disebabkan oleh alih fungsi lahan, eksploitasi berlebihan, polusi, perubahan iklim, masuknya spesies invasif, serta konflik antara manusia dan satwa liar.
“Pelestarian biodiversitas bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tugas kita semua. Generasi muda perlu terus berinovasi mencari solusi agar kekayaan alam ini tetap bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh generasi mendatang,” tambahnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Mirza D. Kusrini, Co-Chair IUCN Indonesia Species Specialist Group (IUCN IdSSG), menjelaskan bahwa IdSSG merupakan wadah para ahli dan praktisi konservasi di Indonesia di bawah naungan IUCN Species Survival Commission.
Kelompok ini bertugas mengoordinasikan para pakar dari berbagai disiplin ilmu untuk mendukung kebijakan berbasis bukti ilmiah dalam upaya menghentikan laju penurunan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.