Bengkalis, Rakyat45.com – Enam nelayan asal Desa Muntai, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, berhasil selamat setelah tiga kapal pompong yang mereka tumpangi tenggelam akibat dihantam badai di perairan Selat Malaka, Senin malam (20/10/2025) sekitar pukul 20.00 WIB.
Peristiwa dramatis itu terjadi saat para nelayan sedang menjaring ikan di laut lepas. Salah seorang korban, Fendi Rahman, menuturkan, badai datang tiba-tiba disertai gelombang besar dan angin kencang dari arah barat. Dalam hitungan menit, laut yang semula tenang berubah menjadi gelap dan ganas.
“Kami tak sempat lagi mengamankan jaring. Ombak datang bertubi-tubi. Kapal pecah dan air langsung masuk. Saat itu kami hanya berpikir bagaimana bisa selamat,” cerita Fendi dengan suara bergetar.
Tiga kapal pompong nelayan rusak parah. Sebagian nelayan sempat terombang-ambing di tengah laut hingga beberapa jam. Beruntung, sekitar pukul 02.00 dini hari, mereka berhasil diselamatkan oleh nelayan setempat yang menemukan mereka dalam kondisi lemah namun selamat.
Kepala Desa Muntai, Muhammad Nurin, membenarkan kejadian tersebut.
“Ada tiga kapal pompong yang menjadi korban angin barat dan gelombang tinggi malam itu. Alhamdulillah, keenam nelayan berhasil ditemukan selamat setelah dilakukan pencarian oleh warga sekitar hingga dini hari,” ujar Nurin kepada Rakyat45.com, Rabu (22/10/2025).
Satu kapal lain dilaporkan berhasil menepi ke daratan setelah berjuang keras melawan gelombang dengan kondisi pompong pecah dan nyaris tenggelam.
Menurut Nurin, cuaca ekstrem datang mendadak tanpa tanda-tanda. Dalam sekejap, gelombang besar menggulung perahu nelayan yang tengah mencari nafkah.
“Semua alat tangkap mereka rusak, termasuk jaring yang menjadi sumber mata pencaharian,” tambahnya.
Meskipun tak ada korban jiwa, para nelayan kehilangan seluruh perlengkapan melaut. Kini mereka hanya bisa bersyukur masih diberi keselamatan.
“Kami kembali ke darat tanpa apa-apa, tapi masih bernyawa. Itu sudah cukup,” ucap salah seorang korban lirih.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan besarnya kuasa alam dan pentingnya kewaspadaan terhadap perubahan cuaca ekstrem di kawasan Selat Malaka yang dikenal berbahaya, terutama pada musim angin barat.**
Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.