Pekanbaru, Rakyat45.com – Uang kertas jadul pecahan Rp100 dan Rp500 keluaran tahun 1992 kadang teralihkan mata karena keunikanya. Desain klasiknya yang menggambarkan kapal pinisi dan orang utan membuat dua pecahan ini bukan sekadar alat pembayaran masa lalu, melainkan artefak sejarah yang kini bernilai tinggi di dunia koleksi.
Pecahan Rp100 tampil dengan dominasi warna merah muda keunguan dan gambar kapal pinisi — simbol kejayaan maritim Nusantara di sisi depannya. Sementara itu, uang Rp500 berwarna hijau lembut menampilkan ilustrasi orang utan di hutan Kalimantan, sebagai lambang pelestarian alam dan fauna khas Indonesia.
Keduanya merupakan bagian dari seri uang emisi 1992 yang pada masanya sangat akrab di tangan masyarakat. Namun, Bank Indonesia secara resmi mencabut kedua uang ini dari peredaran pada 30 November 2006, dan masa penukarannya berakhir satu dekade kemudian, pada 30 November 2016.
Kini, uang kertas Rp100 dan Rp500 tahun 1992 hidup kembali sebagai benda nostalgia. Di kedai harian milik Rini yang berada di jalan Sentosa,Sidomulyo Barat, Tuah Madani. Uang lama ini bertembaran di atas meja kasirnya, dengan Simbol Nostalgia dan Nilai Koleksi yang Tak Lekang Waktu mata pembeli kadang teralihkan dengan uang yang unik ini, apa lagi di jama yang serba baru saat ini, kadang yang lama menjadi antik dan menarik untuk di lihat dan dimiliki.
“Dulu uang segitu bisa buat beli jajanan sekolah. Sekarang, kalau masih disimpan rapi, bisa jadi barang koleksi yang langka,” ujar Rini disela sela keseibukanya melayani pelanggan.
Fenomena kebangkitan minat terhadap uang jadul ini menjadi Nostalgia di masalalu foto uang lawas dari simpanan keluarga menjadi rasa rindu yang tak bisa kembali, menandai tren baru di kalangan anak muda untuk mengenang masa kecil sekaligus menghargai sejarah ekonomi Indonesia.
- Uang Rp100 dan Rp500 tahun 1992 resmi dicabut dari peredaran pada 30 November 2006.
- Desain: Kapal Pinisi (Rp100) dan Orang Utan (Rp500).
- Tidak dapat ditukarkan di Bank Indonesia sejak 30 November 2016.
- Kini bernilai tinggi sebagai koleksi, terutama dalam kondisi “uncirculated” atau tidak terlipat.
Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.












