Daerah

Wahyudi El Panggabean: Hanya Gubernur Berani Lawan Hedonisme yang Bisa Selamat dari OTT

152
×

Wahyudi El Panggabean: Hanya Gubernur Berani Lawan Hedonisme yang Bisa Selamat dari OTT

Sebarkan artikel ini
Teks foto; Drs. Wahyudi El Panggabean, M.H., MT.BNSP., C.PCT, Direktur Utama Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center.

Pekanbaru, Rakyat45.com – Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Gubernur Riau diprediksi belum menjadi akhir dari rangkaian penindakan di provinsi tersebut.

Prediksi itu disampaikan Drs. Wahyudi El Panggabean, M.H., MT.BNSP., C.PCT, Direktur Utama Lembaga Pendidikan Wartawan Pekanbaru Journalist Center, dalam perbincangan bersama sejumlah pemimpin redaksi media di Pekanbaru, Rabu (5/11/2025) siang.

“Kecuali Gubernur Riau ke depan adalah sosok yang berani hidup sederhana dan melawan gaya hidup glamour serta hedonis, akar dari perilaku korup maka OTT KPK akan terus berulang,” ujar Wahyudi.

Wahyudi, jurnalis senior yang telah meliput sejak era Gubernur Riau Imam Munandar, menilai bahwa rangkaian OTT terhadap para kepala daerah merupakan konsekuensi logis dari pilihan hidup dan praktik kekuasaan yang tidak berjarak dari uang.

“Apakah penangkapan terhadap tiga gubernur sebelumnya belum cukup menjadi pelajaran?” ia menegaskan retoris.

Menurut Wahyudi, pola yang terlihat dari kasus-kasus sebelumnya menunjukkan kesamaan: dugaan suap dan penyalahgunaan jabatan. “Dari proses hingga motifnya, hampir identik,” katanya.

Wahyudi menilai bahwa tindakan yang menjerat Gubernur Abdul Wahid kali ini dilakukan secara sadar. “Ia tahu itu perilaku korup. Dan konsekuensinya jelas OTT,” ujarnya.

Ia juga menyoroti akar sistemik persoalan ini, politik transaksional. “Sistem politik kita sejak awal sudah dipenuhi permainan uang dari perebutan partai pencalon hingga ongkos besar di Pilkada. Ketika terpilih, proyek-proyek akhirnya dijadikan penambal modal politik,” jelasnya.

Lebih jauh, Wahyudi menegaskan bahwa para kandidat gubernur sebenarnya memahami risiko dari sistem tersebut. “Mereka tahu sistem ini berisiko hukum. Tapi tetap masuk ke dalamnya,” katanya.

Dalam pandangan Wahyudi, hanya pemimpin yang berani menentang budaya politik uang dan hidup di luar arus hedonisme yang mampu memutus rantai korupsi di Riau.

“Prediksi saya, penangkapan KPK tidak berhenti pada Gubernur keempat. Kecuali ada sosok yang benar-benar berani melawan sistem,” tegasnya.

Ia menutup dengan seruan reflektif, “Kuncinya ada pada masyarakat Riau sendiri untuk memilih pemimpin yang jujur, berintegritas, dan berakhlak mulia.”

Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.