Lifestyle

Mahasiswa dan Musisi, Dua Identitas Dalam satu Ritme

22
×

Mahasiswa dan Musisi, Dua Identitas Dalam satu Ritme

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa dan Musisi, Dua Identitas Dalam satu Ritme
Raisya Aqila (vokalis) Grass Park. (R45/Quintara Publisher/Ferdi Rakiven Sianturi)

RAKYAT45.COM – Dalam dunia musik kehidupan antara mahasiswa dengan grub band memiliki hubunga tersendiri, banyak grub band yang memiliki personil dengan background sebagai mahasiswa. Salah satunya adalah Grass Park yaitu sebuah band yang terbentuk pada Januari 2025 dengan formasi Raisya Aqila (vokal dan gitar), Denis Alviano (gitar), Hoki Said (bass), dan Jhony Wijaya (drum). Band ini mulai mendapat perhatian setelah merilis single “Memoirs” pada 21 Maret 2025, kemudian dilanjutkan dengan mini album “Fleeting Moment” pada Juni 2025.

Dua dari empat personil Grass Park yaitu Raisya Aqila dan Hoki Said merupakan mahasiswa aktif di Universitas Sumatara Utara (USU). Mereka berdua menjadi bagian dari terbentuknya band independen asal medan ini, yang kini mulai diperhitungkan di skena musik alternatif Indonesia. Band ini dikenal dengan warna musik yang menggabungkan midwest emo, math rock, dan pop alternatif.

Sebagai mahasiswa aktif, Raisya Aqila dan Hoki Said harus membagi waktu antara perkuliahan dan kegiatan bermusik. Raisya menjelaskan, dirinya terbiasa mengatur waktu dan menyusun jadwal kegiatan agar aktivitas akademik dan musik tidak saling bertabrakan. Ia mengaku bahwa kemampuan manajemen waktu banyak terbantu oleh latar belakang pendidikannya.

“Kebetulan jurusan saya memiliki mata kuliah manajemen dan sejenisnya, jadi itu cukup membantu saya dalam mengelola waktu dan rencana kegiatan,” ujar Raisya kepada rakyat45.com, Senin (10/11/2025).

Menurut Raisya, tantangan terbesar bagi mahasiswa yang aktif di dunia kreatif adalah menjaga keseimbangan antara energi dan konsistensi. Banyak anak muda kesulitan membagi fokus antara tugas kuliah dan proyek musik. Namun, jika dapat menyeimbangkannya, hal itu justru membentuk pribadi yang lebih disiplin dan kreatif.

Ia juga menambahkan bahwa lingkungan kampus dan para pendengar Grass Park sangat mendukung aktivitas bermusik mereka. Dukungan tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat band ini terus bersemangat untuk berkarya.

“Kami senang karena lagu Grass Park bisa menemani pendengar dalam berbagai suasana, baik saat sedih, senang, maupun saat butuh teman untuk menenangkan diri,” tambahnya.

Lebih jauh, Raisya mengungkapkan bahwa hal paling berharga yang ia pelajari dari perjalanan Grass Park di dunia musik independen adalah pentingnya konsistensi, keaslian, dan mental yang kuat dalam menghadapi industri kreatif yang kompetitif. Ia menilai bahwa bakat saja tidak cukup; musisi muda juga harus mampu beradaptasi, menjaga identitas, dan memahami kebutuhan pendengar tanpa kehilangan jati diri.

Kehadiran Grass Park di skena musik lokal memperlihatkan peran aktif mahasiswa dalam mengembangkan potensi kreatif di luar dunia akademik. Dukungan dari komunitas musik Medan dan lingkungan kampus turut memperkuat posisi mereka sebagai bagian dari generasi baru yang membawa semangat eksploratif.

Dengan karya yang konsisten dan pesan yang autentik, Grass Park diharapkan dapat menjadi representasi mahasiswa Indonesia yang produktif, disiplin, dan berpengaruh di dunia musik independen nasional.(Quintara Publisher/Ferdi Rakiven Sianturi)

Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.