Yogyakarta, Rakyat45.com – Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Teruna Bhakti Yogyakarta kembali menorehkan capaian akademik penting melalui penyelenggaraan Wisuda XVIII Tahun 2025, yang menghadirkan suasana khidmat sekaligus reflektif.
Bertempat di Hotel Merapi Merbabu Yogyakarta, Rabu (26/11/2025), sebanyak 114 lulusan resmi dikukuhkan, terdiri dari 17 Sarjana Teologi, 72 Sarjana Pendidikan Agama Kristen, 11 Magister PAK, 5 Magister Teologi, dan 9 Doktor Teologi. Ini menjadi wisuda kedua yang digelar STAK Teruna Bhakti sepanjang tahun 2025.
Dalam orasi ilmiahnya, Dr. Johannis Siahaya, M.Th., M.Pd., mengusung tema, “Ekoteologi sebagai Fondasi Pendidikan Kristen di Era Digital, Membangun Kearifan Iman, Ekologi Sosial, dan Moderasi Beragama dalam Transformasi Pendidikan Indonesia.”
Ia menegaskan bahwa gagasan ini lahir dari pergumulan panjang terhadap konteks zaman yang menghadirkan dua realitas besar, Krisis ekologi global, dan Transformasi digital yang masif.
Keduanya, menurut Dr. Siahaya, bukan sekadar gejala teknologis atau sosial, melainkan tantangan teologis yang menuntut respons kreatif, kritis, dan kontekstual baik bagi gereja maupun institusi pendidikan Kristen.
Krisis Ekologis dan Tantangan Moral-Spiritual
Data ilmiah menunjukkan aktivitas manusia telah mempercepat kenaikan suhu bumi, pencairan es kutub, peningkatan permukaan laut, dan kerusakan ekosistem yang mengancam keberlanjutan hidup.
Laporan IPCC menegaskan bahwa tanpa langkah mitigasi yang serius, dampak perubahan iklim akan menjadi semakin destruktif dan tak terpulihkan.
“Krisis ini bukan semata isu sains dan teknologi,” tegas Dr. Siahaya, “melainkan krisis moral dan spiritual, yang menggugah ulang pemahaman manusia tentang relasinya dengan alam.”
Di tengah kritik terhadap interpretasi teologis yang dianggap melanggengkan dominasi manusia atas alam, teologi Kristen ditantang merumuskan kembali visi yang lebih holistik, bertanggung jawab, dan ekologis.
Digitalisasi dan Transformasi Kehidupan
Pada saat yang sama, digitalisasi menghadirkan perubahan mendasar dalam lanskap sosial: internet, media sosial, kecerdasan buatan, hingga teknologi informasi lain telah menciptakan ruang baru bagi interaksi, pembelajaran, dan ekspresi spiritualitas.
Di tengah arus ini, pendidikan Kristen perlu membangun kerangka teologi rasional yang memulihkan relasi antara Allah, manusia, dan seluruh ciptaan.
Pendidikan Kristen di Era Digital
Era digital membuka peluang besar bagi pengembangan model belajar interaktif, multimedia, dan kolaborasi global. Namun transformasi ini menuntut literasi digital yang bukan hanya teknis, tetapi juga etis dan teologis.
Literasi digital dalam perspektif Kristen mencakup:
- Kemampuan mengolah informasi secara kritis dan bijaksana,
- Membedakan kebenaran dari hoaks,
- Menilai sumber informasi berdasarkan standar kebenaran Alkitabiah, serta
- Membangun etika digital yang mencerminkan nilai-nilai iman.
- Moderasi Beragama sebagai Ekologi Sosial
Di tengah kemajemukan Indonesia, moderasi beragama menjadi agenda strategis yang diarusutamakan Kementerian Agama RI untuk mencegah radikalisme, ekstremisme, dan intoleransi.
Dalam perspektif Kristen, moderasi beragama dipahami sebagai ekologi sosial, yakni upaya merawat harmoni, menghargai martabat manusia, serta menolak segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
“Moderasi beragama adalah panggilan iman untuk merawat kehidupan bersama,” pungkas Dr. Siahaya.












