Daerah

Bengkalis Lestari: Gerakan Kolektif untuk Menyelamatkan Tanah yang Terluka

143
×

Bengkalis Lestari: Gerakan Kolektif untuk Menyelamatkan Tanah yang Terluka

Sebarkan artikel ini
Teks foto: Bupati Bengkalis Kasmarni didampingi Kepada Bappeda Bengkalis, Rinto, SE,.M.Si, bersama jajaran Forkopimda, pejabat daerah, dan perwakilan organisasi masyarakat berfoto bersama usai peluncuran Program Bengkalis Lestari, di Ruang Rapat Dang Merdu, Kantor Bupati Bengkalis, foto diambil, Rabu (26/11/2025)/R45/Indra.

Bengkalis, Rakyat45.com – Dalam sebuah ruangan yang biasanya dipenuhi rapat birokrasi, Kabupaten Bengkalis mengambil langkah yang jauh lebih besar dari sekadar rutinitas pemerintahan. Rabu (26/11/2025).

Program Bengkalis Lestari resmi diluncurkan sebuah ikhtiar baru untuk menghentikan laju kerusakan alam dan merancang masa depan yang lebih aman bagi wilayah pesisir dan gambut yang terus tertekan.

Momen peluncuran dipimpin Bupati Kasmarni, diikuti lembaga nasional seperti KLHK, BPDLH, dan KMS-PE melalui sambungan virtual. Di dalam ruangan, deretan aparat daerah, organisasi lingkungan, dan tokoh masyarakat duduk berdampingan jarang sekali mereka disatukan oleh agenda yang sama, menyelamatkan ekosistem Bengkalis.

Sebuah babak penting tercipta ketika Forum KITE dideklarasikan, menghimpun 22 NGO dan organisasi Mapala. Nama-nama besar seperti Jikalahari, Bunga Bangsa, Yayasan SART, hingga Walhi Riau menunjukkan bahwa ekosistem Bengkalis kini menjadi perhatian serius tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di mata pegiat lingkungan regional.

Peristiwa lain yang tak kalah signifikan adalah penandatanganan MoU antara Pemkab Bengkalis dan Jikalahari. Aliansi semacam ini, yang menyatukan pemerintah dengan kelompok advokasi lingkungan, jarang terjadi, dan dalam konteks Bengkalis, menjadi langkah yang dapat mengubah pola tata kelola sumber daya alam dalam jangka panjang.

Dari desa, suara warga ikut mengalir. Kelompok perempuan Desa Bandar Jaya Ujung menyerahkan cenderamata kepada Bupati sebuah simbol harapan agar perempuan tidak sekadar menjadi penonton, tetapi menjadi penentu arah pengelolaan lingkungan di wilayah mereka.

Kepala Bappeda Bengkalis, Rinto, menyampaikan bahwa Bengkalis Lestari adalah kerangka kerja baru yang merajut ulang cara daerah memandang data, memahami kawasan, dan menyusun kebijakan. Dalam pandangannya, program ini menjadi pintu masuk bagi tata kelola yang lebih transparan, terukur, dan berbasis bukti.

“Tidak semua perubahan akan mudah,” ujar Rinto. “Tapi tanpa keselarasan pemahaman, sulit membayangkan kebijakan yang benar-benar menyentuh realitas masyarakat.”

Dalam pidato penutupnya, Bupati Kasmarni memusatkan perhatian pada konteks ekologis Bengkalis: bentang hutan gambut, pesisir yang rawan abrasi, serta keanekaragaman hayati yang kian terdesak.

“Ia menyebut Bengkalis Lestari sebagai model pembangunan baru, sebuah cara memadukan kesejahteraan dan konservasi tanpa menempatkan keduanya sebagai pilihan yang harus bertentangan.” ucap Kasmarni.

“Kita tidak sedang membangun untuk hari ini saja,” tegasnya. “Kita sedang memastikan anak cucu kita tetap dapat menghirup udara sehat dan hidup berdampingan dengan alam yang utuh.”

Peluncuran Bengkalis Lestari tidak sekadar menyalakan tombol pada layar digital, ia menyalakan harapan bahwa daerah ini, yang berada di garis depan krisis ekologis, memilih untuk bergerak sebelum terlambat.” ungkap Bupati Bengkalis.**