Hukum & Kriminal

HUT Korpri di Lapas Bengkalis, Kisah Pengabdian yang Merangkul Semua

165
×

HUT Korpri di Lapas Bengkalis, Kisah Pengabdian yang Merangkul Semua

Sebarkan artikel ini
Teks foto; Petugas pengibar bendera Lapas Kelas IIA Bengkalis mengibarkan Sang Merah Putih pada Upacara HUT ke-54 Korpri, diikuti jajaran pegawai, CPNS, peserta magang, dan warga binaan. Senin, (1/12/2025)/R45.

Bengkalis, Rakyat45.com – Di halaman Serbaguna Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bengkalis tidak sekadar menjadi tempat pelaksanaan upacara. Ia menjelma menjadi ruang renungan kolektif, tempat para aparatur negara, para calon abdi negara, hingga warga binaan berdiri sejajar dalam satu barisan yang menyimbolkan perjalanan panjang Korpri selama 54 tahun.

Di tengah udara yang masih menyisakan dingin subuh, Boy Fernandes, Kasi Binadik, mengambil peran sebagai Inspektur Upacara. Dengan langkah tenang dan suara yang mantap, ia memimpin sebuah prosesi yang bagi sebagian orang mungkin terlihat rutin, tetapi hari itu memiliki makna lebih luas.

Tema “Bersatu, Berdaulat, Bersama KORPRI, dalam Mewujudkan Indonesia Maju” tidak hanya dibacakan—ia seakan dirasakan. Pegawai senior mengingat kembali perjalanan pengabdian mereka, CPNS menatap masa depan dengan optimisme, peserta magang belajar memahami etika profesi, sementara warga binaan menemukan ruang kecil untuk kembali terhubung dengan nilai kebangsaan.

Dalam amanat resmi yang dibacakan, Boy menyuarakan pesan Ketua Umum Dewan Pengurus Korpri Nasional tentang pentingnya inovasi dan pelayanan publik yang tulus. Tetapi di luar teks itu, suasana upacara memperlihatkan narasi lain: bahwa birokrasi bukan hanya mesin, melainkan ekosistem manusia yang terus belajar memperbaiki diri.

Pengibaran bendera Merah Putih berlangsung tenang namun menyentuh, seolah mengikat setiap individu pada sebuah tanggung jawab bersama. Pembacaan UUD 1945 dan Panca Prasetya Korpri pun terasa bukan sebagai formalitas, melainkan pengingat akan janji-janji yang harus dijaga, bahkan di lingkungan pemasyarakatan.

Partisipasi warga binaan menjadi sorotan tersendiri. Di tengah proses pemulihan dan pembinaan, mereka diberi kesempatan ikut menyerap nilai disiplin dan nasionalisme. Ini bukan hanya upacara; ini adalah bagian dari proses memanusiakan, membangun kembali rasa memiliki terhadap bangsa.

Upacara ditutup dengan foto bersama, tindakan sederhana yang menyimpan pesan besar: bahwa di balik struktur yang tegas dan aturan yang kaku, Lapas Bengkalis sedang membangun budaya kebersamaan, integritas, dan pelayanan publik yang lebih berempati.**