Daerah

Kasus HIV di Kampar Masih Mengkhawatirkan, Ibu Rumah Tangga Jadi Korban Baru

48
×

Kasus HIV di Kampar Masih Mengkhawatirkan, Ibu Rumah Tangga Jadi Korban Baru

Sebarkan artikel ini
Lonjakan Kasus HIV di Pekanbaru Jadi Alarm Serius,
Ilustrasi HIV AIDS. /Reuters/Ajay Verma/

Rakyat45.com, Bangkinang – Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini menjadi alarm keras bagi Kabupaten Kampar. Meski mengalami penurunan, angka kasus HIV-AIDS di Kampar sepanjang 2025 masih mencapai 125 kasus, sebuah sinyal bahwa penyebaran virus ini belum menunjukkan tanda berhenti.

Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kampar, Dr. Misharti, menegaskan bahwa kondisi tersebut harus menjadi perhatian serius seluruh pihak, terutama karena pola penularan kini semakin meluas ke kelompok masyarakat yang sebelumnya dianggap berisiko rendah.

Salah satu isu paling mengkhawatirkan yang disorot KPA Kampar adalah semakin banyaknya ibu rumah tangga yang ikut terjangkit HIV. Bukan karena perilaku berisiko, melainkan tertular dari pasangan yang tidak setia.

“Ini bagian paling miris. Ada ibu yang tidak pernah melakukan perilaku berisiko, tapi justru terinfeksi karena ketidaksadaran dan ketidaksetiaan pasangan. Ini harus menjadi alarm bagi semua,” tegas Misharti.

Pola penularan di Kampar, kata dia, tak hanya dipicu pergaulan bebas atau rendahnya pemahaman agama, tetapi juga perilaku suami yang menjalani hubungan di luar nikah tanpa menyadari risiko penularan.

Dalam upaya menekan laju penyebaran, Kampar tetap menjalankan komitmen nasional 3 Zero, Zero infeksi baru, Zero kematian akibat HIV-AIDS, Zero diskriminasi terhadap ODHA.

Namun melihat data terbaru, tantangan menuju target tersebut masih sangat besar.

Di tingkat provinsi, Riau mencatat sekitar 11.000 kasus, dengan Pekanbaru memiliki hampir 900 kasus dan menjadi daerah dengan jumlah tertinggi.

“Angka ini menunjukkan bahwa ancaman HIV nyata dan masih sangat dekat dengan kehidupan kita,” ujarnya.

Dalam rangka memperkuat pencegahan, KPA Kampar menggandeng Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Mahasiswa dianggap memiliki peran penting sebagai penyebar informasi yang benar di tengah maraknya hoaks dan stigma.

Wakil Rektor III, Ns. Apriza, MKep, Ph.D., menyatakan kampus siap menjadi mitra aktif dalam mengedukasi masyarakat.

“Mahasiswa harus menjadi benteng pertama. Ketika mereka memahami fakta mengenai HIV, mereka bisa menjelaskan kepada keluarga, lingkungan, dan masyarakat,” katanya.

Menurut Apriza, literasi kesehatan di kalangan anak muda dapat menjadi faktor besar dalam upaya menekan jumlah kasus baru.

“Kami berharap pemahaman yang benar bisa menyebar dari kampus ke masyarakat. Dengan begitu, grafik kasus HIV di Kampar bisa benar-benar ditekan,” tutupnya.***