Sleman, Rakyat45.com – Di saat banjir masih menyisakan luka, memutus komunikasi, dan mengguncang sendi kehidupan masyarakat di sejumlah wilayah Sumatera, empati justru bergerak melintasi jarak. Dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, solidaritas kemanusiaan hadir untuk Aceh.
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia Kabupaten Sleman menunjukkan kepedulian tersebut dengan mengunjungi Asrama Mahasiswi Aceh “Cut Nyak Dien” di Yogyakarta, Sabtu (13/12/2025).
Kunjungan ini menjadi ruang perjumpaan antara kepedulian dan harapan, di tengah kegelisahan mahasiswa Aceh yang keluarganya terdampak bencana di kampung halaman.
Rombongan IWO Indonesia Sleman dipimpin langsung Ketua DPD Yupiter Ome, didampingi Bendahara Fatmawati, Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) Harginingsih dan Mukhlis Mustofa, Bidang Humas Joni, serta Bidang Usaha Organisasi Prio Adi, Agus Wardi Utama, dan Bidin Sutrisno.
Dalam suasana penuh kehangatan dan keprihatinan, Yupiter Ome menyampaikan bahwa kunjungan tersebut merupakan bentuk simpati sekaligus dukungan moral kepada mahasiswa Aceh yang terdampak secara tidak langsung oleh bencana Sumatera.
“Bencana di Aceh dan Sumatera Barat telah merusak infrastruktur, mengganggu kehidupan sosial masyarakat, menimbulkan korban jiwa, serta menyisakan trauma mendalam. Kami hadir untuk menyampaikan empati dan menguatkan adik-adik mahasiswa,” ujar Yupiter.
Selain dukungan moral, DPD IWO Indonesia Sleman juga menyalurkan bantuan kebutuhan pokok yang dapat dimanfaatkan untuk dapur umum asrama. Bantuan tersebut berupa beras, mi instan, telur, minyak goreng, kopi, dan gula, hasil gotong royong para wartawan dan penasihat DPD IWO Indonesia Sleman.
“Bantuan ini mungkin sederhana, namun kami berharap dapat meringankan beban dan menjadi penyemangat di tengah situasi sulit,” tambahnya.
Yupiter juga menyampaikan doa agar wilayah-wilayah terdampak bencana segera mendapatkan penanganan optimal dan kondisi masyarakat dapat segera pulih. Ia berpesan kepada mahasiswa Aceh di Yogyakarta agar tetap sabar, tegar, dan fokus menyelesaikan pendidikan.
“Setiap bencana pasti menyimpan hikmah. Tetaplah kuat dan jangan kehilangan harapan,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Organisasi Mahasiswa Aceh di Yogyakarta, M. Hafiz Jauhari dari mahasiswa Universitas Respati Yogyakarta menyampaikan, apresiasi atas kepedulian yang ditunjukkan IWO Indonesia Sleman.
“Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kehadiran langsung Ikatan Wartawan Online Indonesia Sleman yang melihat kondisi kami di Asrama Cut Nyak Dien,” ungkapnya.
Jauhari menjelaskan, hingga November 2025 tercatat sekitar 2.600 mahasiswa Aceh menempuh pendidikan di Yogyakarta dan tersebar di 10 asrama, terdiri atas enam asrama mahasiswa putra dan empat asrama mahasiswa putri. Dari jumlah tersebut, 167 mahasiswa memiliki orang tua yang terdampak banjir, dan 20 di antaranya kehilangan tempat tinggal.
Wilayah yang paling terdampak di Provinsi Aceh meliputi Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang.
Kondisi pascabencana hingga kini masih menyisakan persoalan serius, terutama pada akses komunikasi. Banyak menara BTS roboh diterjang banjir, sehingga komunikasi antara mahasiswa dan orang tua mereka masih terhambat.
“Memang ada dukungan kuota gratis dari salah satu vendor telekomunikasi, tetapi belum maksimal karena jaringan dari Aceh ke Yogyakarta belum sepenuhnya pulih,” jelas Jauhari.
Pihaknya juga telah melakukan audiensi dengan Pemerintah Daerah DIY untuk memohon dukungan berupa bantuan biaya hidup, keringanan biaya kuliah, serta tunjangan bagi mahasiswa terdampak, mengingat banyak orang tua saat ini masih berada di pengungsian dan belum mampu memberikan dukungan finansial.
“Alhamdulillah, bantuan dari pemerintah, pihak swasta, dan Kapolda DIY saat ini masih mencukupi untuk sekitar enam bulan ke depan,” tambahnya.
Di balik angka dan data, tersimpan kisah pilu mahasiswa yang menunggu kabar dari kampung halaman. Muhammad Zul Asmi, mahasiswa UPN Yogyakarta semester tiga asal Aceh Tamiang, mengaku hingga kini komunikasi dengan orang tuanya masih terputus.
“Orang tua saya pedagang kecil. Sampai sekarang kondisinya belum membaik dan masih berada di pengungsian bersama keluarga,” ujarnya lirih.
Kisah serupa disampaikan Aditya, mahasiswa asal Lhokseumawe yang kini menempuh studi di UPN Yogyakarta jurusan Pertambangan. Ia menceritakan rumah keluarganya sempat terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa, sementara listrik belum pulih sehingga komunikasi dengan orang tua belum terjalin.
“Kami berharap Aceh segera pulih. Kami memohon dukungan maksimal dari pemerintah serta TNI dan Polri agar upaya pemulihan dapat berjalan lebih cepat,” pungkasnya.












