Peristiwa

Bonsai Sancang Rp200 Juta Lebih Jadi Perhatian di Pameran Nasional

22
×

Bonsai Sancang Rp200 Juta Lebih Jadi Perhatian di Pameran Nasional

Sebarkan artikel ini
Bonsai Sancang Rp200 Juta Lebih Jadi Perhatian di Pameran Nasional
Bonsai jenis Sancang dengan nama latin premna microphylla, milik Pakde Sugeng, pegiat bonsai asal Kabupaten Siak.R45/Ho-Mc Riau

Rakyat45.com, Pekanbaru – Pameran Bonsai Nasional di Pekanbaru mendadak jadi perbincangan hangat. Bukan hanya karena deretan bonsai unggulan dari berbagai daerah, melainkan hadirnya satu bonsai yang langsung menjadi perhatian sejak hari pertama, sebuah bonsai Sancang bernilai ratusan juta rupiah.

Bonsai jenis Sancang (Premna microphylla) tersebut milik Pakde Sugeng, pegiat bonsai asal Kabupaten Siak, Riau. Di antara ratusan peserta, karya ini tampil mencolok dan digadang-gadang sebagai salah satu ikon paling prestisius dalam ajang Pesona Bonsai Homeland of Melayu II yang digelar di Lapangan Purna MTQ Pekanbaru.

Isu harga menjadi magnet utama. Pakde Sugeng mengungkapkan, bonsai andalannya sudah mendapat tawaran senilai lebih dari Rp200 juta, atau setara harga satu unit mobil keluarga. Namun, tawaran tersebut belum membuatnya bergeming.

“Kalau masih di angka dua ratusan juta, saya belum mau lepas. Nilainya belum sampai,” ujar Pakde Sugeng sambil tersenyum, Minggu (14/12/2025).

Bonsai Sancang setinggi sekitar 68 sentimeter ini masuk kategori utama pameran. Dewan juri memberikan predikat Baik Sekali dan menempatkannya dalam jajaran Best Ten nasional.

Menurut Pakde Sugeng, nilai tinggi bonsai tersebut bukan sekadar soal tampilan, tetapi akumulasi dari usia tanaman, proses pembentukan bertahun-tahun, serta karakter alami yang sulit ditiru.

“Bentuknya sudah matang. Tinggal waktu saja, beberapa tahun ke depan nilainya bisa jauh lebih tinggi,” katanya.

Dari sisi artistik, bonsai ini mengusung gaya Moyogi atau tegak berliuk, salah satu gaya klasik bonsai yang meniru pohon alami di alam bebas. Batangnya berlekuk dinamis dari pangkal hingga pucuk, menghadirkan kesan hidup dan tidak kaku.

Batang utama terlihat tebal dan bertekstur tua, menjadi indikator usia yang matang. Sementara sistem akar atau nebari tampak menyebar kuat di permukaan media tanam, menciptakan kesan kokoh dan stabil, faktor penting dalam penilaian kualitas bonsai kelas atas.

Kanopi bonsai tersusun rapi, rimbun namun proporsional. Cabang mengikuti alur batang dengan keseimbangan yang terjaga, menghasilkan siluet yang indah dari berbagai sudut pandang.

“Ini yang bikin bonsai terlihat natural, tidak dibuat-buat. Filosofi bonsai memang seperti itu, menyatu dengan alam,” jelasnya.

Pakde Sugeng menegaskan, bonsai Sancang dikenal memiliki ketahanan dan kemampuan regenerasi tinggi. Dengan perawatan konsisten, bonsai ini bisa bertahan puluhan tahun bahkan diwariskan lintas generasi.

Nilai inilah yang membuatnya enggan melepas bonsai tersebut meski ditawar mahal. Menurutnya, bonsai berkualitas tinggi bukan sekadar tanaman, melainkan karya hidup yang menyimpan cerita panjang, kesabaran, dan dedikasi.

“Harga bonsai bisa ratusan juta sampai miliaran. Bagi kolektor, itu sebanding dengan nilai seni dan prosesnya,” tuturnya.

Lebih jauh, kehadiran bonsai Sancang bernilai fantastis ini menjadi bukti bahwa bonsai lokal Riau mampu bersaing di level nasional, tidak hanya dari sisi estetika tetapi juga nilai ekonomi.

“Pameran ini bukan sekadar ajang pamer, tapi pembuktian bahwa bonsai daerah punya kelas,” tegasnya.

Bagi pecinta bonsai yang ingin melihat koleksi lainnya, Pakde Sugeng membuka pintu rumahnya di Dusun Bina Karya, Keranji Guguh, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak.***