Peristiwa

Edukasi Lingkungan di Jantung Kota, Belantara Ajak Pelajar Petakan Biodiversitas Tebet Eco Park

13
×

Edukasi Lingkungan di Jantung Kota, Belantara Ajak Pelajar Petakan Biodiversitas Tebet Eco Park

Sebarkan artikel ini
Edukasi Lingkungan di Jantung Kota, Belantara Ajak Pelajar Petakan Biodiversitas Tebet Eco Park
Belantara Foundation berkolaborasi dengan Gaia Indonesia, Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus FMIPA, serta Wapalapa Universitas Pakuan menggelar Belantara Biodiversity Class di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, Sabtu (20/12/2025)./R45/Belantara Foundation

Rakyat45.com, Jakarta – Keberadaan satwa liar di kawasan perkotaan menjadi perhatian serius berbagai pihak. Melalui kegiatan Belantara Biodiversity Class, Belantara Foundation bersama sejumlah mitra mengajak generasi muda terlibat langsung dalam pendataan dan identifikasi biodiversitas di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, Sabtu (20/12/2025).

Program edukatif ini merupakan hasil kolaborasi Belantara Foundation dengan Gaia Indonesia, Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus FMIPA, serta Wapalapa Universitas Pakuan, yang fokus pada peningkatan kapasitas pelajar dalam memahami ekosistem kota.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, menilai ruang terbuka hijau seperti Tebet Eco Park memiliki peran strategis sebagai penyangga ekosistem di tengah kepadatan ibu kota. Dengan luas sekitar 7,3 hektare, taman ini dinilai layak menjadi lokasi pembelajaran ekologi sekaligus pemantauan satwa liar.

“Tebet Eco Park adalah contoh taman kota yang mengintegrasikan fungsi lingkungan, sosial, edukasi, dan rekreasi. Pendataan biodiversitas menjadi langkah penting untuk memastikan fungsi ekologinya tetap terjaga,” kata Dolly.

Ia menambahkan, kawasan hijau perkotaan dapat dimanfaatkan sebagai media belajar langsung bagi pelajar dan mahasiswa, sekaligus menjadi indikator keberhasilan pembangunan berwawasan lingkungan.

Dalam sesi pengamatan lapangan yang dilakukan pada pagi hari, peserta berhasil mencatat puluhan spesies satwa, terdiri dari 20 jenis burung, 1 jenis amfibi, dan 8 jenis reptil. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kawasan perkotaan masih memiliki potensi biodiversitas yang cukup tinggi jika dikelola dengan baik.

Salah satu hasil penting dari pengamatan ini adalah ditemukannya burung betet biasa (Psittacula alexandri), yang termasuk satwa dilindungi secara nasional. Selain itu, dua jenis burung tercatat memiliki status konservasi global yang memerlukan perhatian, yakni kategori hampir terancam dan rentan punah.

Para fasilitator menekankan bahwa keberadaan burung, amfibi, dan reptil memiliki peran vital bagi keseimbangan ekosistem. Selain membantu mengendalikan populasi hama dan menyebarkan biji tanaman, satwa-satwa tersebut juga berfungsi sebagai penanda kualitas lingkungan hidup.

Namun, pesatnya pembangunan kota membawa berbagai ancaman, mulai dari penyempitan habitat, pencemaran, hingga perubahan iklim yang berdampak langsung pada kelangsungan hidup satwa liar.

Kegiatan ini diikuti oleh 70 siswa dari 30 sekolah menengah di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang. Para peserta tidak hanya menerima materi teori, tetapi juga praktik langsung identifikasi satwa di lapangan.

Melalui Belantara Biodiversity Class, para penyelenggara berharap muncul kesadaran kolektif generasi muda untuk menjaga keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan, sekaligus memperkuat peran masyarakat dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan secara berkelanjutan.

Penulis: Marianus WaruwuEditor: Hadiriku Zega