Tanggamus, Rakyat45.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan menjadi kebanggaan pemerintah pusat kini menjadi sorotan setelah insiden di SDN 1 Way Jaha, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus. Pada Rabu (6/8/2025), belasan siswa mengalami mual, muntah, dan lemas setelah mengonsumsi menu MBG, memicu kepanikan di lingkungan sekolah.
Kepala SDN 1 Way Jaha, Heri Purnomo, menjelaskan bahwa pagi itu pihaknya menerima 379 paket makanan MBG sekitar pukul 09.05 WIB. Menu yang dibagikan terdiri dari nasi, tahu, ikan lele, dan buncis. Saat dibuka, sebagian guru mencium aroma kurang sedap dari lauk.
“Beberapa siswa langsung mengeluh mual, ada yang muntah di kelas, bahkan ada yang sampai lemas. Kami segera menarik kembali semua paket makanan, meski sebagian sudah sempat dimakan,” kata Heri.
Menurutnya, 18 siswa dibawa ke Puskesmas Rantau Tijang untuk mendapat perawatan. “Bukan 30 orang seperti kabar yang beredar. Ada yang muntah di sekolah dan langsung ditangani. Pihak yayasan cukup cepat merespons dengan menurunkan ahli gizi, tapi faktanya anak-anak tetap jatuh sakit,” jelasnya.
Heri enggan memastikan bahwa ini kasus keracunan massal sebelum ada hasil pemeriksaan laboratorium. “Kita tunggu hasil uji sampel. Secara gejala memang mual dan muntah, tapi penyebab pastinya harus dibuktikan secara ilmiah,” tegasnya.
Pihak Puskesmas Rantau Tijang membenarkan telah menerima sampel makanan untuk diuji. “Gejalanya muntah, pusing, dan sesak napas ringan. Dari 18 siswa, hanya satu yang harus dirawat inap, selebihnya sudah pulang,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (KUPT) melalui sambungan telepon.
Sementara itu, pihak Yayasan Darul Fatah, pengelola MBG di wilayah Pugung, belum memberikan keterangan resmi. Seorang penjaga hanya mengatakan bahwa petugas sudah pulang dan besok libur.
Kondisi ini menuai kritik dari Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia (LPKNI) Tanggamus. Ketua LPKNI, Yuliar Baro, menilai insiden tersebut mencoreng citra program nasional. “Baru tiga hari berjalan, sudah muncul masalah. Pengawasan harus diperketat dari proses pengolahan hingga distribusi,” ujarnya.
Yuliar juga mengkritik penghentian distribusi MBG ke SDN 1 Way Jaha yang dinilai terkesan menghindari kritik. “Seharusnya dilakukan evaluasi menyeluruh. Dapur MBG di Pugung juga harus diawasi, saya lihat langsung, terlalu banyak orang yang keluar masuk tanpa kepentingan jelas,” tambahnya.
Saat ini, publik menunggu hasil resmi uji laboratorium yang akan menentukan apakah makanan MBG menjadi penyebab gejala yang dialami para siswa. Jika terbukti, hal ini dapat menjadi peringatan keras bagi semua pihak yang terlibat dalam rantai penyediaan pangan sekolah.