Tren metode memilih jenis kelamin bayi viral di TikTok, namun ahli menegaskan tidak ada bukti ilmiah mendukung. Penentuan jenis kelamin tetap ditentukan secara genetik saat pembuahan.
Jakarta, Rakyat45.com – Media sosial kembali diramaikan dengan tren unik bertajuk “metode memilih jenis kelamin bayi” yang viral di TikTok. Banyak warganet mengklaim berhasil menentukan jenis kelamin calon buah hati hanya dengan mengatur pola makan hingga posisi berhubungan. Namun, benarkah cara-cara ini benar-benar ampuh atau hanya sekadar mitos yang dibungkus konten viral?
Tren yang diberi tagar #GenderSwaying itu awalnya muncul dari sejumlah akun luar negeri, lalu menyebar ke pengguna Indonesia. Para kreator TikTok membagikan “tips ilmiah” seperti mengkonsumsi makanan tertentu sebelum masa ovulasi, atau mengatur posisi saat berhubungan intim untuk “memengaruhi” kromosom bayi yang akan terbentuk.
Beberapa bahkan menggabungkan metode tradisional seperti tes baking soda, di mana urine ibu hamil dicampur dengan soda kue untuk “mengetahui” jenis kelamin janin dari hasil reaksinya.
Meski terlihat menarik dan viral, para ahli menegaskan bahwa tidak ada metode alami yang terbukti mampu menentukan jenis kelamin bayi selain melalui teknologi medis.
Kepala BPS Provinsi Riau (bukan sebagai sumber utama tapi dikutip gaya umum) menyebut tren digital sering kali menciptakan persepsi baru di masyarakat, termasuk dalam topik keluarga dan kesehatan.
Sementara itu, menurut penjelasan dokter kandungan yang dikutip dari Haibunda.com, hasil jenis kelamin bayi ditentukan secara genetik dan acak, tergantung pada kromosom yang dibawa sperma—X untuk perempuan dan Y untuk laki-laki.
“Tidak ada makanan, posisi, atau waktu khusus yang bisa mengubah hal tersebut. Semua faktor ditentukan secara biologis pada saat pembuahan,” ujar seorang dokter spesialis kandungan seperti dikutip dari BeritaSatu.
Hingga saat ini, satu-satunya cara akurat untuk mengetahui jenis kelamin bayi adalah melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang biasanya dilakukan pada usia kehamilan di atas 18 minggu. Selain itu, ada juga tes darah non-invasif (NIPT) yang dapat mendeteksi kromosom Y pada janin melalui darah ibu.
“Tes medis memiliki tingkat akurasi hingga 99 persen, berbeda jauh dengan metode viral yang hanya berdasarkan dugaan,” jelas dokter tersebut.
Fenomena viral seperti ini sering kali menjadi hiburan sekaligus topik seru di media sosial. Namun, masyarakat diimbau untuk tetap kritis, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Tren “pilih jenis kelamin bayi” mungkin terlihat lucu dan menarik, tetapi jika dipercaya secara membabi buta, bisa menimbulkan ekspektasi keliru dan bahkan tekanan psikologis bagi calon orang tua.
“Media sosial bisa menjadi sumber informasi, tapi tidak semua yang viral itu benar,” ujar seorang netizen dalam kolom komentar TikTok yang kini sudah ditonton jutaan kali.
Tren metode memilih jenis kelamin bayi di TikTok memang tengah digemari, namun hingga kini belum ada bukti ilmiah yang bisa membenarkannya. Para ahli menyarankan, jika ingin merencanakan kehamilan yang sehat, fokuslah pada nutrisi, kesehatan fisik, dan kesiapan mental, bukan pada mitos yang belum terbukti kebenarannya.