Daerah

FISIP UNRI Tegaskan Komitmen Wujudkan Kampus Aman dan Bebas Kekerasan

13
×

FISIP UNRI Tegaskan Komitmen Wujudkan Kampus Aman dan Bebas Kekerasan

Sebarkan artikel ini
FISIP UNRI Tegaskan Komitmen Wujudkan Kampus Aman dan Bebas Kekerasan
Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum, Dr. Yuana Nurulita, S.Si., M.Si., Ph.D., (Tengah), dan narasumber yang hadir di acara itu antara lain nggota Komisi X DPR RI, Dr. Karmila Sari, S.Kom., M.M., Ketua LLDIKTI Wilayah X, Dr. Nopriadi, S.K.M., M.Kes., serta Ketua Satgas PPKPT UNRI, Dr. Separen, S.H., M.H., Minggu (12/10/25)./r45/Made

Pekanbaru, Rakyat45.com – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau (UNRI) terus memperkuat komitmennya untuk menciptakan lingkungan akademik yang aman, inklusif, dan berintegritas. Langkah tersebut diwujudkan melalui kegiatan Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi (PPKPT) yang digelar di kampus FISIP UNRI, Pekanbaru.

Acara ini menjadi wujud nyata komitmen universitas dalam mendukung kebijakan nasional yang menekankan pentingnya menciptakan ruang belajar yang bebas dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, perundungan, maupun diskriminasi.

Rektor UNRI yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum, Dr. Yuana Nurulita, S.Si., M.Si., Ph.D., menegaskan pentingnya menanamkan nilai-nilai etika dan saling menghormati di lingkungan akademik.

“Dengan membangun kesadaran bersama dan menjunjung budaya saling menghormati, kita bisa menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, dan beretika,” ujar Yuana dalam sambutannya.

Ia juga menambahkan, kegiatan sosialisasi ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan UNRI untuk memastikan setiap sivitas akademika merasa terlindungi.

“Kami berharap kegiatan ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi langkah konkret menuju kampus yang sehat dan bebas dari kekerasan,” ujarnya menegaskan.

Sementara itu, Dekan FISIP UNRI, Dr. Meyzi Heriyanto, S.Sos., M.Si., menyampaikan bahwa upaya menciptakan kampus aman tidak bisa hanya bergantung pada kebijakan formal, melainkan membutuhkan keterlibatan aktif seluruh civitas akademika.

“FISIP UNRI berkomitmen menjadi ruang yang inklusif dan berintegritas. Pencegahan kekerasan, baik yang berbasis gender maupun perundungan digital, adalah tanggung jawab bersama — bukan hanya lembaga, tapi juga individu di dalamnya,” tegas Meyzi.

Menurutnya, perubahan nyata hanya dapat terjadi jika seluruh elemen kampus memiliki kesadaran dan keberanian untuk menolak segala bentuk kekerasan.

Salah satu narasumber utama, Ketua Tim Kepegawaian Kemendikbudristek, Eko Budi Prasetyo, S.Kom., menyoroti pentingnya strategi komunikasi dalam penanganan isu kekerasan di lingkungan pendidikan.

“Kebijakan tertulis tidak akan efektif jika tidak diikuti dengan komunikasi yang mudah dipahami dan diterapkan oleh seluruh warga kampus,” jelasnya.

Eko juga memberikan apresiasi terhadap langkah proaktif UNRI, terutama FISIP, yang dinilai telah menjadi pelopor dalam membuka ruang dialog terbuka untuk membahas isu kekerasan di kampus.

“Langkah seperti ini patut diapresiasi. Kesadaran kolektif harus dibangun bersama agar setiap individu merasa aman untuk bersuara,” tambahnya.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting di tingkat nasional, di antaranya Anggota Komisi X DPR RI, Dr. Karmila Sari, S.Kom., M.M., Ketua LLDIKTI Wilayah X, Dr. Nopriadi, S.K.M., M.Kes., serta Ketua Satgas PPKPT UNRI, Dr. Separen, S.H., M.H.

Para narasumber menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam memperkuat sistem pencegahan kekerasan. Mereka sepakat bahwa kampus tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang untuk menumbuhkan karakter, empati, dan tanggung jawab sosial.

Dengan pelaksanaan sosialisasi ini, FISIP UNRI berharap seluruh elemen kampus semakin memahami pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menghargai keberagaman.

“Kampus yang sehat adalah kampus yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Dari sinilah peradaban akademik yang bermartabat bisa tumbuh,” tutup Dr. Meyzi.

Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.