Ekonomi

Teh Kayu Aro Genap 1 Abad, PTPN IV Region 4 Siap Dongkrak Produksi hingga 25 Juta Kilogram

28
×

Teh Kayu Aro Genap 1 Abad, PTPN IV Region 4 Siap Dongkrak Produksi hingga 25 Juta Kilogram

Sebarkan artikel ini
Teh Kayu Aro Genap 1 Abad
Perkebunan Teh Kayu Aro di kaki gunung Kerinci Sumatera Barat. (Foto : Istimewa)

Pekanbaru, Rakyat45.com – Di kaki Gunung Kerinci, Sumatera Barat, hamparan perkebunan teh Kayu Aro kembali ramai. Para pemetik dengan cekatan memasukkan pucuk-pucuk muda daun teh ke dalam kantong merah besar sebelum dikumpulkan dalam jaring hitam dan dibawa ke pabrik. Inilah rutinitas yang sudah berlangsung selama lebih dari satu abad, warisan sejarah yang kini dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Region 4.

Menurut Delvi, Manajer Unit Usaha Kayu Aro PTPN IV Region 4, perusahaan berkomitmen penuh menjaga mutu teh hitam legendaris ini, mulai dari proses panen hingga pengolahan akhir di pabrik, Rabu (5/11/2025).

“Setiap tahapan panen hingga proses fermentasi punya pengaruh besar terhadap cita rasa teh. Karena itu, standar mutu kami jaga ketat sejak di kebun,” ujar Delvi.

Meskipun pabrik Kayu Aro sudah modern dan mulai beroperasi sejak 1925, proses penyeleksian kualitas teh masih dilakukan secara manual.

“Uji rasa dan aroma tetap dikerjakan oleh tenaga ahli kami. Mesin tak bisa menggantikan kepekaan manusia terhadap kualitas teh,” tambahnya.

Tanaman teh yang tumbuh di ketinggian 1.400–1.700 meter di atas permukaan laut itu dijuluki “emas hijau”. Rasanya yang khas membuat teh Kayu Aro menjadi salah satu kebanggaan Indonesia di pasar internasional.

Sementara itu, Elsa Lingga Pradesa, petugas laboratorium Pabrik Teh Kayu Aro, menuturkan bahwa lima analis khusus bertugas menjaga konsistensi cita rasa produk legendaris tersebut.

“Setiap daun mengalami perubahan warna dan rasa saat fermentasi. Pengujian laboratorium penting agar hasil akhirnya tetap sesuai karakter teh Kayu Aro,” jelas Elsa.

Teh Kayu Aro dikenal memiliki enam varian rasa utama, di antaranya Broken Orange Pecco (BOP), Pecco Fanning (PF), Broken Tea (BT), Broken Pecco (BP), dan Dust.

Menjelang perayaan 100 tahun Teh Kayu Aro pada 2025, PTPN IV Region 4 menargetkan peningkatan produksi hingga 25 juta kilogram teh kering, naik dua juta kilogram dibandingkan tahun lalu. Saat musim panen puncak di November–Desember 2025, perkebunan seluas 2.126 hektare itu diperkirakan bisa menghasilkan 100 ton daun teh basah per hari.

“Tahun ini istimewa bagi kami — satu abad perjalanan Teh Kayu Aro. Kami ingin momentum ini menjadi pemacu untuk meraih laba maksimal di akhir tahun,” kata Delvi optimis.

Tak hanya dikenal di dalam negeri, Teh Kayu Aro telah menembus pasar internasional sejak masa kolonial. Bahkan, minuman beraroma khas dari Kerinci ini pernah menjadi teh favorit Ratu Belanda dan Ratu Inggris. Kini, 80 persen produksi teh dari kebun tua itu diekspor ke berbagai negara, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Pakistan.

Lebih dari sekadar produk perkebunan, Teh Kayu Aro adalah simbol kejayaan dan ketekunan para pekebun Indonesia yang terus menjaga keharuman “emas hijau” dari jantung Sumatera untuk dunia.***

Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.