Peristiwa

Teknologi GPS Collar Dipasang di Gajah Liar Tesso Nilo, Cegah Konflik Manusia dan Satwa

40
×

Teknologi GPS Collar Dipasang di Gajah Liar Tesso Nilo, Cegah Konflik Manusia dan Satwa

Sebarkan artikel ini
Teknologi GPS Collar Dipasang di Gajah Liar Tesso Nilo, Cegah Konflik Manusia dan Satwa
Teknologi GPS Collar Dipasang di Gajah Liar Tesso Nilo, Senin (10/11/2025)./R45/MD

Pekanbaru, Rakyat45.comUpaya menjaga keseimbangan antara kehidupan manusia dan satwa liar kembali dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Melalui teknologi pelacakan modern, tim konservasi memasang perangkat Global Positioning System (GPS) Collar pada seekor gajah liar betina di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan.

Langkah ini bertujuan untuk meminimalisir potensi konflik antara warga dan kawanan gajah liar yang kerap melintasi permukiman. Pemasangan perangkat dilakukan bersama Balai TNTN, Yayasan TNTN, serta sejumlah mitra konservasi lainnya.

Kepala BBKSDA Riau, Supartono, S.Hut., M.P., menjelaskan bahwa penggunaan teknologi GPS Collar merupakan bagian penting dari sistem “early warning” atau peringatan dini untuk mendeteksi pergerakan satwa sebelum terjadi potensi konflik.

“Dengan alat ini, kita bisa memantau pergerakan gajah secara real-time. Informasi tersebut memungkinkan tim di lapangan untuk bergerak cepat dan melakukan pencegahan sebelum konflik terjadi,” jelas Supartono, Senin (10/11/2025).

Gajah betina yang dipasangi alat tersebut berusia sekitar 40 tahun dengan bobot mencapai 3,3 ton. Berdasarkan hasil pengamatan, individu ini merupakan pemimpin kelompok atau gajah dominan yang biasanya diikuti oleh beberapa ekor lainnya.

“Memasang alat pada gajah dominan penting, karena pola pergerakannya mencerminkan pergerakan seluruh kelompok. Jadi data yang dikumpulkan akan jauh lebih akurat,” tambahnya.

Proses pemasangan dilakukan dengan pengawasan ketat dan koordinasi matang, melibatkan dua ekor gajah jinak dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas untuk membantu proses pendekatan di lapangan. Semua langkah diambil dengan memperhatikan keselamatan satwa maupun petugas.

Dari hasil monitoring BBKSDA Riau, populasi gajah liar di kantong habitat Tesso Tenggara saat ini diperkirakan berjumlah sekitar 30 individu. Dengan adanya GPS Collar, tim dapat mengetahui rute jelajah dan area rawan konflik dengan lebih detail, sehingga strategi mitigasi bisa dilakukan secara terukur dan efisien.

“Ini bukti nyata kolaborasi lintas lembaga untuk melindungi gajah Sumatera — simbol penting ekosistem hutan Riau. Menjaga mereka berarti menjaga keseimbangan alam kita sendiri,” pungkas Supartono.

Melalui inovasi ini, BBKSDA Riau berharap teknologi bisa menjadi jembatan antara konservasi modern dan kearifan lokal, menciptakan harmoni antara manusia dan satwa liar di Bumi Lancang Kuning.***

Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.