Lifestyle

Menu Pedas Ekstrem Makin Populer di Kalangan Anak Muda, Pakar Ingatkan Risiko Kesehatan

29
×

Menu Pedas Ekstrem Makin Populer di Kalangan Anak Muda, Pakar Ingatkan Risiko Kesehatan

Sebarkan artikel ini
Menu Pedas Ekstrem Makin Populer di Kalangan Anak Muda, Pakar Ingatkan Risiko Kesehatan
Ilustrasi Makanan Pedas. (R45/MD/Free)

Rakyat45.com, Jakarta -Tren makanan pedas ekstrem kembali merajai dunia kuliner Indonesia. Mulai dari mie level “neraka”, ayam geprek dengan puluhan cabai, hingga sambal botolan super pedas, semuanya tengah digandrungi terutama oleh anak muda yang mencari sensasi baru saat makan.

Fenomena ini meningkat tajam dalam dua tahun terakhir, didorong oleh konten media sosial seperti tantangan makan pedas, review kuliner ekstrem, dan video reaksi “kepedasan” yang kerap viral. Banyak gerai makanan hingga UMKM memanfaatkan momen ini dengan merilis variasi rasa yang semakin menggigit.

“Menu pedas ekstrem sekarang jadi pilihan favorit pelanggan. Banyak yang datang khusus untuk coba level pedas tertinggi,” ungkap Yani, pemilik warung makan di kawasan Jakarta Selatan.

Konten di platform seperti TikTok dan Instagram menjadi pendorong utama tren ini. Tantangan seperti spicy challenge terbukti menarik perhatian warganet, membuat lebih banyak anak muda penasaran dan ikut mencoba.

Menurut berbagai laporan media nasional, termasuk Kalbar Terkini, tren pedas ekstrem berkembang pesat karena efek viral yang sangat kuat di media sosial. Food vlogger juga turut mempercepat penyebaran tren dengan membagikan pengalaman mencoba menu pedas dan memberikan rating sensasi “terbakar”.

Tingginya permintaan membuat banyak pelaku usaha kecil meraup keuntungan lebih besar. Produk sambal botolan pedas ekstrem, mie pedas rumahan, hingga menu inovatif dari warung kecil menjadi favorit konsumen.

Beberapa UMKM mengaku penjualan mereka melonjak dua hingga tiga kali lipat sejak merilis varian “extra hot”. Strategi promosi digital dan kolaborasi dengan influencer kuliner semakin memperkuat posisi produk-produk tersebut di pasar.

Meski tren pedas ekstrem semakin ramai, para ahli mengingatkan agar masyarakat tetap berhati-hati. ANTARA News mencatat bahwa konsumsi pedas berlebihan dapat memicu iritasi lambung, meningkatkan asam lambung, serta menimbulkan rasa terbakar pada sistem pencernaan.

Sementara itu, Health Kompas menuliskan bahwa makanan super pedas dapat memicu risiko gastritis, diare, hingga gangguan lambung pada individu sensitif. Hal ini sejalan dengan penelitian akademik dalam Jurnal Medicare (2025) yang menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi pedas ekstrem dan peningkatan keluhan pencernaan pada kalangan Gen Z.

Ahli gizi klinis, Reni Oktaviani, menegaskan pentingnya mengonsumsi makanan pedas sesuai toleransi tubuh masing-masing.

“Silakan menikmati pedas, tapi batasi jumlah dan perhatikan reaksi tubuh. Jangan paksakan jika muncul gejala tidak nyaman,” ujarnya.

Dengan tingginya kreativitas pelaku usaha dan peran besar media sosial, tren menu pedas ekstrem diperkirakan masih akan bertahan pada tahun-tahun mendatang. Anak muda menjadi motor utama karena mereka menyukai tantangan dan pengalaman kuliner yang unik.

Selama inovasi rasa terus bermunculan dan masyarakat bijak dalam mengonsumsi, tren pedas ekstrem diprediksi tetap menjadi salah satu ikon kuliner populer di Indonesia.***