Pekanbaru, Rakyat45.com – Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Riau pada September 2025 menunjukkan tren positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP Riau berada di angka 191,38, naik 1,28 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 188,96.
Kenaikan ini tidak lepas dari meningkatnya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 1,85 persen, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) hanya naik tipis 0,56 persen. Kondisi ini memberikan ruang keuntungan lebih baik bagi petani di Bumi Lancang Kuning.
Secara regional, dari sepuluh provinsi di Pulau Sumatra, delapan di antaranya mencatat kenaikan NTP sepanjang September. Riau berhasil menempati posisi kedua tertinggi, tepat berada di bawah Provinsi Bengkulu.
Namun, tidak semua daerah mengalami hal serupa. Dua provinsi justru mencatatkan penurunan, yakni Sumatera Barat yang mengalami kontraksi hingga 1,88 persen, serta Aceh yang turun 1,44 persen.
Selain NTP, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) pertanian di Riau juga mencatat kenaikan sebesar 0,68 persen. Faktor utama pendorongnya berasal dari kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang naik cukup signifikan, yakni 1,20 persen.
Kenaikan juga terlihat pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (0,38 persen), Kesehatan serta Pendidikan (masing-masing 0,07 persen), dan kelompok Perlengkapan Rumah Tangga (0,06 persen).
Meski demikian, beberapa kelompok konsumsi mengalami penurunan, antara lain Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya (-0,06 persen), serta Pakaian dan Alas Kaki dan Transportasi (masing-masing -0,03 persen).
Tak hanya itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Riau turut mencatat kenaikan sebesar 1,59 persen, dari 185,02 di Agustus menjadi 187,97 pada September 2025. Peningkatan ini kembali dipicu oleh naiknya It sebesar 1,85 persen.
Kepala BPS Riau, melalui rilis resminya, menyebutkan bahwa kenaikan NTP ini menunjukkan perbaikan daya beli petani di tengah fluktuasi harga kebutuhan rumah tangga. “Tren positif ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, meskipun tantangan konsumsi dan biaya produksi tetap perlu diwaspadai,” ujarnya.