Sidoarjo, Rakyat45.com — Proses evakuasi korban ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, terus berlangsung hingga hari keenam. Berdasarkan data terbaru, sebanyak 45 santri dinyatakan meninggal dunia, sementara lebih dari 100 orang berhasil diselamatkan, dan belasan lainnya masih dinyatakan hilang, Senin (6/10/2025).
Peristiwa nahas itu terjadi pada Senin (29/9) saat para santri melaksanakan salat Asar berjamaah di musala pesantren. Bangunan dua lantai tersebut runtuh secara mendadak, diduga akibat struktur beton yang tidak kuat menahan beban lantai atas yang tengah dalam proses pengecoran.
Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan masih bekerja tanpa henti untuk mencari korban yang tertimbun. Evakuasi dilakukan secara hati-hati karena kondisi bangunan yang tidak stabil dan berisiko runtuh susulan. Tim DVI Polri juga melakukan identifikasi korban melalui pencocokan DNA dengan keluarga, dilansir dari detik.com.
Penyelidikan awal mengungkap bahwa bangunan musala tersebut belum memiliki izin resmi bangunan (PBG/IMB). Kementerian PUPR dan Kemenag kini berkoordinasi untuk melakukan audit terhadap seluruh bangunan pesantren di Indonesia. Data sementara menunjukkan hanya sekitar 50 pesantren yang memiliki izin bangunan lengkap.
Kepala Polda Jawa Timur Irjen Pol. Ahmad Faizal menyatakan, polisi tengah memeriksa pihak kontraktor dan pengurus yayasan untuk menentukan unsur kelalaian.
“Kami masih dalami siapa yang bertanggung jawab terhadap pembangunan tanpa izin dan prosedur keselamatan,” ujarnya.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al Khoziny menyampaikan duka mendalam dan permohonan maaf kepada keluarga korban, menyebut peristiwa ini sebagai ujian berat bagi keluarga besar pesantren.
Pemerintah pusat berencana mengeluarkan regulasi baru mengenai standar keselamatan bangunan pendidikan keagamaan agar tragedi serupa tak terulang.