Ekonomi

Kemenhub Tegaskan Keselamatan dan Keberlanjutan Jadi Arah Baru Industri Penerbangan Nasional

16
×

Kemenhub Tegaskan Keselamatan dan Keberlanjutan Jadi Arah Baru Industri Penerbangan Nasional

Sebarkan artikel ini
Kemenhub Tegaskan Keselamatan dan Keberlanjutan Jadi Arah Baru Industri Penerbangan Nasional
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara, Sokhib Al Rokhman, dalam acara Press Background* Kementerian Perhubungan bersama wartawan Forum Jurnalis Perhubungan (Forwahub) di Jakarta, Kamis (23/10/2025).(Foto InfoPublik/Wandi)

Jakarta, Rakyat45.com Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menegaskan bahwa aspek keselamatan (safety) dan keamanan (security) penerbangan kini menjadi standar mutlak yang wajib dipatuhi seluruh operator penerbangan di Indonesia. Penegasan ini disampaikan oleh Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub, Sokhib Al Rokhman, dalam kegiatan Press Background bersama Forum Jurnalis Perhubungan (Forwahub) di Jakarta, Kamis (23/10/2025).

“Keselamatan dan keamanan penerbangan tidak bisa ditawar lagi. Jika ada operator yang tidak mematuhi standar tersebut, sertifikat operasionalnya bisa dibekukan,” tegas Sokhib di hadapan awak media.

Sokhib menjelaskan, arah industri penerbangan dunia kini bergeser dari isu keselamatan menuju agenda baru: keberlanjutan (sustainability) dan efisiensi (efficiency ambition). Indonesia pun, kata dia, harus mampu beradaptasi dengan perubahan global, termasuk menghadapi dampak pandemi COVID-19, kenaikan harga avtur, dan fluktuasi nilai tukar dolar.

“Fokus kami sekarang adalah membangun ekosistem penerbangan yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Untuk mencapai target itu, Kemenhub tengah menjalankan berbagai inisiatif ramah lingkungan seperti program ECO-CAP-Port, yang menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca di bandara. Selain itu, pengelolaan Bahan Bakar Pesawat Alternatif (BIPA) dan pengembangan pusat perawatan pesawat udara (AMO Center) juga diarahkan agar lebih efisien dan minim limbah.

Menurut Sokhib, Indonesia kini telah memiliki sistem perhitungan karbon terintegrasi di seluruh bandara. “Kalau dulu kita tidak tahu berapa besar emisi yang dihasilkan, sekarang setiap bandara sudah bisa menghitung nilai karbonnya sendiri. Target kami, tahun 2027 semua bandara wajib memiliki kemampuan ini,” jelasnya.

Dari hasil pemantauan, total emisi gas rumah kaca di seluruh bandara Indonesia mencapai sekitar 234 ribu ton CO₂ per tahun. Namun, lewat sejumlah inovasi hijau, angka tersebut mulai menurun.

Langkah-langkah konkret yang telah diterapkan antara lain pemasangan panel surya di 54 bandara, penggunaan lampu tenaga surya di 106 bandara dan tiga kantor otoritas, serta penerapan lampu LED di 18 bandara. Hasilnya, Indonesia berhasil menekan emisi hingga puluhan ribu ton karbon per tahun.

Kemenhub juga meluncurkan program Injurni Efficient Services, yang menggabungkan berbagai layanan kebandarudaraan seperti Gapura Ground Handling. Tujuannya adalah mempercepat transisi menuju peralatan berbasis listrik (electrical ground handling) di seluruh bandara nasional.

“Seluruh peralatan di darat akan kami ubah ke sistem listrik agar operasional bandara lebih efisien dan ramah lingkungan,” kata Sokhib.

Ia juga menyoroti pengelolaan limbah di bandara, termasuk limbah berbahaya dan cair. Sokhib mencontohkan Jepang, yang mewajibkan sampah pesawat internasional dikembalikan ke negara asal, bukan dibuang di bandara tujuan. “Kita perlu meniru sistem seperti ini agar bandara Indonesia tidak menjadi tempat penumpukan limbah penerbangan internasional,” ujarnya.

Dalam mendukung transisi energi bersih, pemerintah tengah mengembangkan bahan bakar rendah emisi karbon (low carbon emission fuel) dengan target campuran biofuel mencapai 30 persen pada 2030.

Selain itu, Kemenhub juga berencana membangun tiga pusat perawatan pesawat udara (AMO Center) di Batang dan Kertajati (wilayah barat), Makassar (tengah), serta Sentani (timur). “Dengan sistem terpusat, pengawasan terhadap limbah dan emisi bisa lebih terukur sekaligus membuka peluang investasi global,” jelasnya.

Sokhib turut menyinggung perkembangan pesawat nirawak (Unmanned Aircraft System/UAS) dan Air Transport Mobility, yaitu drone besar pengangkut penumpang. “Saat ini sudah ada 5.000 unit drone terdaftar dan 11.000 pilot bersertifikat. Kami menargetkan uji coba drone penumpang pertama pada Desember 2026,” ungkapnya.

Dua produsen lokal, ERA dan InterAero, disebut tengah menyiapkan produksi drone nasional untuk mendukung kemandirian teknologi aviasi Indonesia.

Menutup paparannya, Sokhib menegaskan kembali arah kebijakan Kemenhub. “Keselamatan adalah fondasi, keberlanjutan adalah masa depan. Kami akan terus memastikan industri penerbangan Indonesia tumbuh aman, efisien, dan ramah lingkungan,” tandasnya. Dikutip dari: InfoPublik

Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.