Peristiwa

Lonjakan Kasus HIV di Pekanbaru Jadi Alarm Serius, Pemko Gerakkan Edukasi dan Lawan Stigma

257
×

Lonjakan Kasus HIV di Pekanbaru Jadi Alarm Serius, Pemko Gerakkan Edukasi dan Lawan Stigma

Sebarkan artikel ini
Lonjakan Kasus HIV di Pekanbaru Jadi Alarm Serius,
Ilustrasi HIV AIDS. /Reuters/Ajay Verma/

Pekanbaru, Rakyat45.com – Lonjakan kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru menjadi sinyal bahaya serius bagi kesehatan masyarakat, terutama generasi muda. Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru kini bergerak cepat dengan memperkuat edukasi, memperluas deteksi dini, dan menghapus stigma terhadap penyintas HIV.

Data terbaru mencatat peningkatan mencolok: kasus HIV naik dari 408 pada 2023 menjadi 474 pada 2024, sementara kasus AIDS juga meningkat dari 165 menjadi 174. Angka ini menunjukkan penyebaran HIV masih terus terjadi di lapangan dan belum terkendali sepenuhnya.

Wali Kota Pekanbaru, Agung Nugroho, menegaskan bahwa situasi ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia menyebut lonjakan kasus HIV bukan sekadar persoalan medis, melainkan ancaman sosial yang membutuhkan empati dan keterbukaan dari seluruh lapisan masyarakat.

“Ini bukan sekadar data di atas kertas. Setiap angka mewakili seseorang—teman, keluarga, bahkan anak muda kita—yang sedang berjuang melawan stigma dan ketidaktahuan,” ujar Agung, Selasa (28/10/2025).

Menurutnya, banyak masyarakat masih belum memahami cara penularan HIV, sehingga edukasi menjadi garda terdepan dalam pencegahan. Ia menekankan pentingnya komunikasi terbuka tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, terutama bagi remaja.

“Penyebaran HIV tidak akan berhenti hanya dengan aturan. Kita harus berani berbicara jujur, membangun empati, dan memberi ruang aman bagi masyarakat untuk belajar melindungi diri,” tambahnya.

Melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru, pemerintah meluncurkan gerakan edukasi masif yang menyasar sekolah, kampus, komunitas, hingga kelompok rentan seperti pengguna narkoba suntik, narapidana, dan pekerja seks. Langkah ini diharapkan dapat menekan penyebaran virus sekaligus menghapus stigma terhadap penyintas.

Agung menegaskan, KPA tidak boleh hanya menjadi lembaga formal, tetapi harus hadir sebagai pelindung dan sahabat bagi masyarakat.

“Kami ingin KPA menjadi tempat yang mendengarkan, mendampingi, dan memberi harapan. Karena HIV bukan akhir dari segalanya. Dengan pengobatan dan dukungan yang tepat, mereka bisa tetap sehat dan produktif,” tegasnya.

Pemko Pekanbaru kini tengah mendorong kolaborasi lintas sektor—dari dunia pendidikan, kesehatan, hingga komunitas lokal—untuk memastikan isu HIV/AIDS tidak lagi dipandang tabu. Pemerintah ingin menjadikan Pekanbaru sebagai kota yang sadar kesehatan dan bebas stigma.

Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.