Nasional

SAR Bencana Hidrometeorologi di Aceh, Sumut, dan Sumbar Terus Diperpanjang

31
×

SAR Bencana Hidrometeorologi di Aceh, Sumut, dan Sumbar Terus Diperpanjang

Sebarkan artikel ini
SAR Bencana Hidrometeorologi di Aceh, Sumut, dan Sumbar Terus Diperpanjang
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari saat konferensi pers Update Penanganan Bencana Hidrometeorologi Aceh di Pusat Informasi dan Media Center di Banda Aceh, Minggu (14/12/2025)./R45/InfoPublik

Rakyat45.com, Banda AcehPemerintah pusat memastikan operasi pencarian dan pertolongan korban bencana hidrometeorologi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatra Barat masih terus berjalan. Langkah ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab negara dalam menindaklanjuti setiap laporan warga yang diduga hilang akibat bencana.

Keputusan perpanjangan operasi Search and Rescue (SAR) tersebut merupakan hasil koordinasi intensif antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), dengan mempertimbangkan kondisi lapangan yang masih dinamis.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan hal itu saat memberikan keterangan pers terkait perkembangan penanganan bencana hidrometeorologi di Banda Aceh, Minggu (14/12/2025).

Menurut Muhari, pemerintah berkomitmen penuh untuk memastikan tidak ada laporan korban hilang yang terabaikan, meski di sejumlah wilayah jumlah laporan mulai menurun.

“Operasi SAR kami sesuaikan dengan data terbaru di lapangan. Di daerah yang sudah tidak ada laporan korban hilang, Basarnas tetap dalam status siaga karena korban bisa saja terbawa arus dan ditemukan di wilayah administratif lain,” jelasnya.

Di Provinsi Aceh, operasi SAR masih difokuskan di enam wilayah, yakni Kabupaten Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bireuen, Aceh Tamiang, dan Nagan Raya. Sementara di Sumatera Utara, pencarian berlanjut di Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, serta Kota Sibolga.

Adapun di Sumatra Barat, tim SAR masih bekerja di Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Tanah Datar.

BNPB menegaskan, setiap korban yang ditemukan akan melalui proses identifikasi ketat berbasis nama dan alamat. Data tersebut kemudian dicocokkan dengan data kependudukan guna memastikan keakuratan asal daerah korban serta mencegah kesalahan pencatatan nasional.

“Identifikasi by name by address menjadi prinsip utama kami agar tidak terjadi duplikasi data dan seluruh korban dapat dipastikan identitasnya,” tegas Muhari.

Dalam laporan terbaru, tim SAR gabungan kembali menemukan 66 korban meninggal dunia pada Minggu (14/12/2025). Rinciannya, 33 korban ditemukan di Aceh, 19 korban di Sumatera Utara, dan 14 korban di Sumatra Barat.

Selain itu, pada hari yang sama juga ditemukan 10 jasad lainnya, terdiri dari sembilan korban di Aceh dan satu korban di Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Dengan temuan tersebut, total korban meninggal akibat bencana di tiga provinsi meningkat menjadi 1.016 jiwa, dari sebelumnya 1.006 jiwa.

Sementara itu, jumlah korban hilang tercatat menurun dari 217 orang menjadi 212 orang. Penurunan ini dipengaruhi oleh ditemukannya sejumlah korban serta proses verifikasi ulang yang dilakukan pemerintah daerah hingga tingkat kecamatan.

Muhari menjelaskan, dinamika data di lapangan kerap berubah seiring proses identifikasi.

“Ada kasus tertentu, seperti jasad yang ditemukan di area pemakaman dan setelah diverifikasi ternyata merupakan warga yang meninggal sebelum bencana. Data seperti ini langsung kami koreksi,” ujarnya.

Di sisi lain, jumlah pengungsi juga menunjukkan tren penurunan. Hingga Minggu (14/12/2025), total pengungsi tercatat sebanyak 624.670 orang, turun dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 654.642 orang.

Penurunan tersebut terjadi karena sebagian warga memilih mengungsi secara mandiri ke rumah keluarga atau kerabat yang tidak terdampak langsung. Meski demikian, mereka tetap masuk dalam kategori pengungsi karena masih bergantung pada bantuan logistik dari pemerintah.

“Selama mereka masih membutuhkan suplai pangan dan dukungan logistik, negara tetap hadir. Verifikasi terus kami lakukan agar bantuan tepat sasaran,” pungkas Abdul Muhari.***