Ketua MUI Dalam Khutbah Jum’atnya, “Etika Bermu’amallat Bermedia Sosial

Bengkalis, Rakyat45.com – Menjalani peradaban digitalisasi sekarang ini khususnya dalam bermedia sosial, sebagai masyarakat hendaklah selalu bijak untuk memposting informasi yang bernilai positif.

“Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak perubahan besar dalam kehidupan manusia akhir-akhir ini. Perubahan itu meliputi berbagai aspek kehidupan termasuk di dalamnya perubahan dalam pola interaksi dan komunikasi di antara sesama manusia. Interaksi dan komunikasi antara sesama manusia pada hari ini tidak hanya ruang lingkup di dunia nyata secara berhadap-hadapan atau bertatap muka saja tapi juga berlangsung di dunia maya dengan memanfaatkan fasilitas internet,” kata Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, Buya H Amrizal,MAg saat menyampaikan khutbah Jum’atnya di Masjid Agung Istiqomah, Bengkalis Jum’at (14/01/2022) tadi.

Diungkapkan Buya Amrizal, Dalam situs Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dilansir tahun 2013 tercatat 63 juta orang pengguna internet di Indonesia. Dari angka ini, 95% mengakses jejaring sosial. “Tentu saja, di tahun 2022 ini jumlahnya semakin meningkat,” ungkapnya.

“Dipilihnya media sosial sebagai media komunikasi dikarenakan proses yang berlangsung cepat dan mudah serta tidak terikat oleh ruang dan waktu. Setiap orang bisa melakukan komunikasi dan mengakses informasi kapan pun dan di mana saja mereka berada. Hanya saja, data dan fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit persoalan yang muncul akibat kesalahan dalam berkomunikasi atau bermu’amallat di media sosial sehingga menimbulkan pergaduhan dan perselisihan di antara sesama manusia. Sehubungan dengan itu, untuk mengantisipasi terjadinya pergaduhan dan perselisihan, maka setiap pengguna media sosial harus selalu memperhatikan adab dan cara bermu’amallat di media sosial,” pesan Buya Amrizal.

Diterangkan Buya Amrizal, adab berkomunikasi dan bermu’amallat di dunia maya atau media sosial sebenarnya tidak jauh berbeda dengan adab bermu’amallat atau berkomunikasi di dunia nyata, yang membedakannya hanya wasilah. Dalam bermu’amallat sesama manusia, harus senantiasa berupaya menjaga sopan santun dalam ucapan, dalam sikap, dalam perilaku agar tidak mendatangkan keburukan kepada orang lain. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 83 yang artinya, ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. Selain itu, hadist Rasulullah SAW bersabda yang artinya, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam, hadits riwayat Bukhari dan Muslim.

Perkataan yang baik itu kalau dihubungkaitkan dengan proses bermu’amallat di media sosial, bisa dimaknai dengan postinglah dengan hal-hal yang baik, hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain serta berkomentarlah dengan perkataan yang baik dan santun. Kalau tidak bisa melakukan hal yang demikian maka lebih baik mengambil sikap diam atau speechless (tidak respon,red). Jangan sampai memposting hal-hal yang tidak baik apalagi sampai meghibah orang dan menebarkan fitnah.

Satu hal yang harus diingat dan diyakini bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan, setiap postingan yang disebarluaskan oleh jari jemari tangan, akan dicatat oleh malaikat hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat Qof ayat 18, Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan Atid yang akan mencatatnya.

Sebagai orang yang beriman, umat muslim diingatkan oleh Allah SWT dengan firmanNya dalam surat Al Hujurat ayat 11, Hai orang-orang yang beriman janganlah sekumpulan orang-orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi kumpulan yang direndahkan itu lebih baik daripada kumpulan yang merendahkan. Demikian pula janganlah sekumpulan perempuan merendahkan sekumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari yang merendahkan. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan menyebut, memanggil dengan gelaran atau panggilan yang mengandung ejekan.

Sedangkan pada surat kedua belas, kembali umat muslim diingatkan, Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah kamu menggunjing satu sama lain.

Apabila di media sosial beredar informasi, baik dalam bentuk berita, audio, video, poster, memey yang belum bisa dipastikan kebenarannya maka jangan mudah percaya, jangan mudah menerimanya secara mentah-mentah, harus dicek kebenarannya dan kalau perlu melalukan proses Tabayyun terlebih dahulu agar sikap dan perilaku dalam meng-share informasi yang belum jelas kebenarannya, nantinya tidak akan merugikan orang lain atau bisa mendatangkan keburukan bagi yang lain. Dalam surat Al Hujurat ayat 6, Allah SWT kembali mengingatkan, Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu akan menyesal atas perbuatanmu.

“Sebagai orang beriman kaum muslimin, kita tidak hanya dituntut untuk menjaga hubungan baik dengan Allah SWT, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Sesama manusia kita tidak boleh saling menyakiti satu sama lain apalagi sampai perbuatan aniaya. Tidak boleh saling menyebarkan kebohongan, tidak boleh saling menyebarkan kebencian dan permusuhan. Ajaran Islam mendorong kita, untuk selalu berbuat baik kepada orang lain, saling menebarkan kasih sayang kepada sesama, apa bila manusia selalu saling berbuat baik dan saling menebarkan kasih sayang maka akan terwujud lah tatanan kehidupan yang damai dan harmonis di tengah-tengah masyarakat,” pesan Buya H Amrizal di akhir khutbahnya.**

Indra