RAKYAT45.COM. SUMSEL – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hasprab PATRI (Perhimpunan Anak Migrasi Republik Indonesia) menghadiri pertemuan pada hari Senin (26/6/2023) di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK, cq. Mobilitas Penduduk) di Jakarta.
Ada tiga agenda yang dibahas, Semuanya berkaitan dengan desa dan Migrasi. Tulisan ini menyajikan agenda kedua, yaitu usulan untuk meningkatkan Hari Bhakti Transmigrasi (HBT) menjadi Hari Migrasi Nasional (HTN).
Ini merupakan pertemuan keempat antara tim Kemenko PMK dengan K/L sejak tahun 2022. Sejak lama, berbagai tahapan telah dilaksanakan di dalam PATRI: Munas pada tahun 2004, Rakernas pada tahun 2004, dan Rakernas pada tahun 2022, dan pada peringatan 19 tahun PATRI di IKN Nusantara 2023, tekad untuk memiliki Hari Transmigrasi Nasional (HTN) kembali digaungkan.
Kementerian Ketenagakerjaan (cq Ditjen Transmigrasi) juga telah membahasnya, termasuk dalam Konferensi Migrasi di UGM Yogyakarta (2018).
Dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam diskusi HTN, baik dari unsur akademisi, pengusaha, sosial, dan pemerintah sepakat untuk mendukungnya.
BACA JUGA: Festival Bakar Tongkang Bagan Siapi-api Riau 2023 di Prediksi akan Menarik Wisatawan
Berdasarkan latar belakang historis, sosiologis, dan yuridis, migrasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga kedaulatan bangsa.
Hal ini didukung oleh pidato Bung Karno (28 Desember 1964) yang menyatakan bahwa ‘migrasi adalah masalah hidup dan mati bangsa Indonesia’.
Harapan terbesar dari Hari Transmigrasi Nasional adalah menegaskan kembali bahwa Transmigrasi adalah gerakan nasional untuk menghidupkan kembali semangat pembangunan daerah dan mempererat hubungan antar anak bangsa.
Dengan demikian, semangat pentahelik yang sering digaungkan oleh Pemerintah dapat diwujudkan dalam tataran praktis.
Ini bukan sekadar proyek pemindahan penduduk. Faktanya, hal ini sering disalahpahami oleh sebagian orang. Mereka percaya bahwa migrasi menyebabkan kecemburuan.
BACA JUGA: Panji Sumirat Melepaskan Kontingen Riau Dan 22 Atlit PPSI Riau Turut Serta Ke FORNAS 2022 Di Sumsel
Semua warga negara Indonesia adalah saudara. Jarak fisik di antara mereka justru mempererat persaudaraan. Keragaman agama, etnis, dan budaya yang dimiliki oleh nusantara merupakan anugerah yang luar biasa.
Namun, hal ini juga sarat dengan isu SARA dan rawan perpecahan. Oleh karena itu, gerakan Transmigrasi nasional dengan pendekatan inklusif adalah cara terbaik untuk mengintegrasikan dan menyelaraskan semua kekuatan kewarganegaraan.