Kemajuan Perempuan sebagai Pilar Utama Peradaban Bangsa

Bali, Rakyat45 – Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menegaskan bahwa kemajuan perempuan tetap menjadi tonggak utama dalam pembangunan peradaban bangsa, mengutip kata-kata bijak Raden Ajeng (RA) Kartini. Baginya, pemberdayaan perempuan bukanlah semata-mata tentang pencapaian kesetaraan dan hak asasi manusia, melainkan juga mengenai kontribusi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Pernyataan ini disampaikan oleh Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo dalam sambutan pembukaan Konferensi Pariwisata PBB ke-2 tentang Pemberdayaan Perempuan dalam Pariwisata di Asia dan Pasifik, yang diselenggarakan di Bali International Convention Center (BICC) Bali pada Kamis (2/5/2024).

“Hanya beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 21 April, Indonesia memperingati Hari Kartini. Dalam penghormatan terhadap salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, yang juga merupakan lambang perjuangan hak perempuan dan kesetaraan gender,” ujar Wamenparekraf Angela.

Menurut Angela, Kartini adalah sosok pahlawan wanita yang memiliki peran penting dalam memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia. Ketika usianya baru 12 tahun, Kartini telah dikurung di rumah untuk mempersiapkan pernikahannya. Namun, selama masa pengasingan tersebut, Kartini terus belajar secara mandiri dan diam-diam mengejar minatnya dalam literatur politik dan feminisme Barat.

Upaya tersebut dilakukan agar Kartini dapat merubah takdir dan masa depan perempuan, memberikan mereka kesempatan yang setara dalam dunia pendidikan, karena menurut Kartini, perempuan memiliki peran penting dalam membentuk peradaban bangsa.

Studi dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa dengan mengurangi kesenjangan gender di pasar tenaga kerja, dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) di negara-negara berkembang sebesar 8 persen. Sementara keuntungan yang dihasilkan dari pengurangan kesenjangan gender akan lebih besar, meningkatkan PDB di negara-negara tersebut hingga rata-rata 23 persen.

“Studi juga menunjukkan bahwa dengan memberdayakan perempuan, kita juga memperoleh solusi untuk perubahan iklim, karena peran penting mereka dalam mengelola, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam. Ini juga membantu mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan menciptakan komunitas yang lebih aman dan sehat, serta negara yang lebih kuat,” papar Wamenparekraf.

Wamenparekraf juga menyoroti fakta bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat 87 dalam kesenjangan gender global, dengan angka kesetaraan gender sebesar 69,7 persen menurut riset Global Gender Gap 2022. Dia menekankan pentingnya peningkatan partisipasi dan pemberdayaan perempuan di sektor pariwisata sebagai salah satu upaya dalam mencapai kesetaraan gender.

“Pariwisata diakui sebagai salah satu jawaban untuk mengatasi kesenjangan gender. Banyak peluang yang diberikan, memberikan ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam sektor tersebut. Di banyak negara, termasuk Indonesia, perempuan memiliki andil besar dalam tenaga kerja pariwisata dan wirausaha, bahkan di bidang pendidikan,” ungkap Wamenparekraf.

Meskipun partisipasi perempuan dalam pendidikan dan lapangan kerja cukup tinggi, menurut Wamenparekraf, perempuan cenderung bekerja pada pekerjaan yang kualitasnya lebih rendah dan informal. Mereka juga kurang terwakili dalam peran strategis dan kepemimpinan, bahkan ketika memiliki tanggung jawab yang sama dengan pria, kesenjangan upah berdasarkan gender masih ada.

Lebih lanjut, Wamenparekraf menyoroti peran perempuan dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. UMKM Indonesia menyumbang 97 persen lapangan kerja dan berkontribusi terhadap 61 persen PDB Indonesia, dan 64 persen dari mereka adalah perempuan.

“Namun, sayangnya, sebagian besar dari mereka masih belum mampu meningkatkan skala usahanya dan tetap pada usaha tingkat mikro,” tambah Wamenparekraf.

Wamenparekraf berharap bahwa Konferensi Pariwisata PBB ke-2 tentang Pemberdayaan Perempuan dalam Pariwisata menjadi momentum untuk memperkuat peran perempuan dan kesetaraan gender di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Dan yang lebih penting lagi, dari dialog ini, kita harus menukarkannya dengan tindakan nyata untuk mencapai kemajuan di sektor pariwisata dan pemberdayaan perempuan. Saya percaya bahwa pengurangan kesenjangan gender hanya bisa terwujud jika kita memiliki dukungan dari pihak-pihak teratas dan melakukan upaya nyata untuk mewujudkannya, karena kisah Ibu Kartini mengajarkan kepada kita bahwa isu ketidaksetaraan gender berakar pada struktur sosial dan kekuasaan,” tandas Wamenparekraf.

Konferensi Pariwisata PBB ke-2 tentang Pemberdayaan Perempuan dalam Pariwisata di Asia dan Pasifik secara resmi dibuka di Bali International Convention Center (BICC) Bali pada Kamis (2/5/2024). Acara ini ditandai dengan pemukulan gong oleh Direktur Departemen Regional untuk Asia dan Pasifik, UN Tourism, Harry Hwang, didampingi oleh Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo; Menteri Persatuan Hotel dan Pariwisata Myanmar, Thet Thet Khine, Wakil Menteri, Kementerian Pariwisata Maladewa, Mariyam Nasheetha Nasheed; dan Sekretaris