Kepunahan Burung Pegar di Pakistan: Ancaman Terhadap Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati

Karachi, Rakyat45.com – Pakistan menghadapi krisis lingkungan serius dengan ancaman kepunahan dua spesies burung pegar liar yang langka. Para ahli satwa liar memperingatkan bahwa kehilangan spesies ini bisa menjadi bencana besar bagi ekosistem dan keanekaragaman hayati di negara tersebut.

Burung pegar, yang dikenal sebagai burung kuau di Indonesia, terdiri dari beberapa spesies yang tersebar di Asia, termasuk Pakistan dan Indonesia. Di Indonesia, contohnya adalah burung Kuau Raja (Argusianus argus) yang terkenal dengan bulu ekor jantannya yang panjang dan berornamen indah.

Menurut Mohebullah Naveed, seorang ahli satwa liar di Islamabad, populasi burung pegar liar di Pakistan mengalami penurunan drastis akibat berbagai ancaman. “Degradasi habitat, perburuan, perubahan iklim, dan campur tangan manusia adalah faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup burung pegar,” kata Naveed.

Naveed menambahkan bahwa kehilangan habitat akibat perubahan iklim, deforestasi, dan peningkatan kebutuhan perumahan dan pertanian menjadi penyebab utama penurunan populasi burung pegar. Meskipun spesies burung pegar dilindungi oleh undang-undang satwa liar lokal, perburuan dan penangkapan liar tetap menjadi ancaman serius. “Burung pegar sering diburu untuk olahraga dan dagingnya, serta bulunya yang digunakan dalam topi tradisional di beberapa bagian Pakistan,” jelas Naveed.

Pakistan merupakan habitat bagi enam spesies burung pegar, termasuk western horned tragopan (Tragopan melanocephalus) dan cheer pheasant (Catreus wallichii), yang paling terancam punah. Muhammad Naeem Awan, direktur penelitian dan konservasi di World Pheasant Association, menyebut kedua spesies ini sebagai “terancam punah” dan “rentan” menurut Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). “Populasi kedua spesies ini terus menurun dan memerlukan tindakan segera dari pemerintah,” tegas Awan.

Untuk melindungi dan menghidupkan kembali populasi burung pegar, Naveed mengusulkan beberapa langkah konservasi, termasuk pelestarian dan pemulihan habitat, penerapan praktik pertanian berkelanjutan, serta pengelolaan perburuan liar dan predator. “Menanam vegetasi asli dan menciptakan kawasan lindung juga sangat penting,” katanya.

Jamshed Iqbal Choudhry dari World Wide Fund for Nature (WWF-Pakistan) mencatat bahwa belum ada survei rinci terbaru tentang populasi burung pegar. “Survei rinci di lokasi-lokasi potensial dan eksplorasi area baru untuk konservasi sangat dibutuhkan,” ujarnya. Choudhry menambahkan bahwa beberapa spesies masih memiliki populasi yang layak di kawasan lindung, seperti Taman Nasional Ayubia dan Taman Nasional Margalla Hills.

Kepunahan burung pegar liar akan berdampak besar pada keseimbangan ekosistem, termasuk pengendalian populasi serangga, penyebaran biji, dan sebagai sumber makanan bagi predator. Naveed memperingatkan bahwa kehilangan spesies ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam jaring makanan dan berdampak negatif pada kesehatan habitat dan satwa liar lainnya.

Melalui upaya konservasi yang intensif dan kesadaran publik yang meningkat, diharapkan burung pegar dapat terlindungi dan ekosistem Pakistan tetap terjaga.**Sumber : Anadolu-OANA