Jakarta, Rakyat45.com – Penggunaan plastik yang tidak terkendali ternyata menyimpan ancaman serius bagi kesehatan hormonal dan kesuburan wanita. Dokter spesialis kesuburan mengingatkan, paparan bahan kimia berbahaya dalam plastik, yang dikenal sebagai pengganggu endokrin atau endocrine-disrupting chemicals (EDC), dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh hingga memengaruhi kemampuan reproduksi.
Dalam wawancara yang dilansir *Hindustan Times* pada Kamis (23/1), Dr. Rashmi Agarwal, spesialis kesuburan di Nova IVF Fertility, Gurugram, menyoroti bahaya tersembunyi dari penggunaan plastik sehari-hari. Menurutnya, banyak plastik melepaskan bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat, yang dapat mengganggu fungsi hormon estrogen dan menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kesehatan reproduksi wanita.
“Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia ini telah dikaitkan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, penurunan kualitas sel telur, hingga gangguan selama kehamilan,” ujar Dr. Rashmi. Ia juga menambahkan bahwa zat-zat ini berkontribusi terhadap risiko gangguan reproduksi seperti endometriosis dan sindrom ovarium polikistik (PCOS), yang dapat mempersulit wanita untuk hamil.
Menurut berbagai penelitian, bahan kimia EDC dapat meniru hormon tubuh, menyebabkan ketidakseimbangan kadar estrogen, mengganggu ovulasi, dan meningkatkan risiko komplikasi selama masa kehamilan. Paparan BPA dalam jangka panjang, misalnya, telah terbukti memengaruhi fungsi ovarium dan menurunkan peluang keberhasilan pembuahan. Sementara itu, ftalat dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran serta komplikasi pada trimester pertama kehamilan.
Tidak hanya itu, anak perempuan yang terpapar EDC sejak dini berpotensi mengalami pubertas dini, yang bisa berdampak negatif pada kesuburan mereka di masa depan. “Kadar BPA dan ftalat yang tinggi dalam darah bahkan dapat meningkatkan risiko PCOS dan menyebabkan kemandulan,” tambah Dr. Rashmi.
Dr. Rashmi menyarankan untuk mengurangi penggunaan plastik demi meminimalkan paparan EDC. Ia merekomendasikan beralih ke bahan alternatif seperti kaca atau baja tahan karat, serta memilih produk bebas BPA. “Hindari menggunakan wadah plastik dalam microwave dan jangan menyimpan makanan dalam plastik,” ungkapnya.
Selain itu, membiasakan diri membeli produk organik dan mengonsumsi makanan utuh yang tidak dikemas dalam plastik dapat membantu mengurangi paparan bahan kimia berbahaya. Dr. Rashmi juga menekankan pentingnya advokasi kebijakan hukum yang membatasi penggunaan senyawa kimia berbahaya dalam produk plastik.
“Mendidik diri sendiri dan masyarakat tentang bahaya plastik akan menciptakan perubahan budaya yang lebih besar untuk kesehatan reproduksi yang lebih baik,” pungkasnya.
Dengan meningkatnya prevalensi penggunaan plastik, memahami dampaknya pada kesehatan wanita menjadi semakin penting. Upaya kolektif untuk mengurangi ketergantungan pada plastik adalah langkah nyata menuju perlindungan kesehatan generasi mendatang.