LAMR Gelar Majelis Dzikir: Riau Mengetuk Langit untuk Status Daerah Istimewa

Pekanbaru, Rakyat45.com – Setelah sukses menggelar acara “Maklumat Daerah Istimewa Riau (DIR): Terima Kasih Indonesia” pada Selasa pagi (20/5), Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) melanjutkan perjuangan rakyat Riau dengan menyelenggarakan Majelis Dzikir sebagai ikhtiar spiritual, Selasa malam.

Acara ini berlangsung khidmat di Balai Adat LAMR, Jalan Diponegoro, Pekanbaru. Lebih dari 350 tokoh masyarakat, pemangku kepentingan, dan elemen adat hadir dalam majelis yang penuh nilai keagamaan dan kebudayaan tersebut.

Dzikir sebagai Bagian dari Perjuangan Kolektif
Ketua Umum DPH LAMR, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, menyampaikan bahwa Majelis Dzikir merupakan agenda rutin LAMR yang digelar setiap bulan. Namun, malam ini berbeda.

“Dzikir malam ini mengangkat tema yang hidup dalam dada masyarakat Riau: keinginan luhur menjadikan Riau sebagai Daerah Istimewa,” tutur Datuk Seri Taufik.

Menurutnya, perjuangan ini bermula dari informasi Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri pada 20 April 2025, yang menyebutkan bahwa Riau termasuk dalam daftar daerah yang diusulkan menjadi daerah istimewa. Tindak lanjutnya, pada 15 Mei 2025, berbagai elemen masyarakat Riau sepakat menunjuk LAMR sebagai pemimpin perjuangan. Untuk itu, LAMR membentuk Badan Pekerja Perwujudan Daerah Istimewa Riau (BPP DIR).

Momentum Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) dijadikan titik tolak bangkitnya perjuangan kultural dan spiritual masyarakat Riau untuk menyongsong status baru sebagai Daerah Istimewa.

“Mengetuk Langit” demi Riau
“Kami meyakini bahwa hanya 15 persen keberhasilan datang dari usaha manusia. Sisanya adalah kehendak Allah SWT. Maka malam ini kita mengetuk langit,” ujar Datuk Seri Taufik penuh harap.

Majelis Dzikir dipimpin oleh Dr. KH. A Abu Zazid, SHM, M.Pd.I, dengan iringan bacaan tasbih, tahmid, takbir, dan istighfar. Lantunan dzikir menjadi senandung doa kolektif agar cita-cita masyarakat Riau diberkahi dan dikabulkan.

Jihad Kebudayaan dan Spiritualitas
Mengawali tausiahnya, KH Abdurrahman Qoharuddin mengutip sabda Rasulullah SAW: “Tidak ada majelis yang di dalamnya disebut nama Allah, kecuali Allah akan membanggakan majelis itu di hadapan para malaikat.”

“Majelis ini sungguh mulia. Nama Allah digemakan, harapan rakyat ditumpahkan dengan keikhlasan,” ucap KH Abdurrahman.

Beliau menekankan bahwa perjuangan ini bukan sekadar aspirasi politik, melainkan juga jihad kebudayaan dan spiritual.

“Hak tidak datang dengan menunggu. Ia harus dituntut dan diperjuangkan, dengan umat yang bersatu dan bersungguh-sungguh,” tegasnya.

KH Abdurrahman menyerukan agar seluruh elemen masyarakat Riau menyatukan langkah dan tekad.

“Mari kita luruskan shaf perjuangan kita. Jangan ada hati yang ragu. Negeri ini adalah amanah,” pungkasnya.

Kesimpulan: Satu Riau, Satu Perjuangan
Majelis Dzikir ini bukan hanya bentuk doa bersama, tetapi juga manifestasi kesatuan semangat masyarakat Riau. Di tengah ikhtiar administratif dan politis, pendekatan spiritual menjadi fondasi yang memperkuat perjuangan menuju Riau sebagai Daerah Istimewa.

Dengan tekad, doa, dan kebersamaan, masyarakat Riau siap menempuh jalur panjang yang penuh berkah menuju cita-cita yang luhur.

 

Baca juga: Dugaan Masuk Kerja Harus Bayar Besar, Ini Tanggapan Serius dari Tameng Adat LAMR Mandau