“LUMO: Energi Memberi dalam Jiwa Perhotelan” – Jiwa di Balik Hotel Loman Park Hotel

Yogyakarta, Rakyat45.com – Sekretaris Jenderal DPD PUTRI DIY, Agus Budi Rachmanto, S.IP., M.Si., mengungkapkan filosofi mendalam di balik kehadiran Loman Park Hotel, yang tidak hanya menawarkan layanan perhotelan, tetapi juga menghadirkan energi spiritual lewat konsep Lumo, yang berarti “suka memberi”.

“Di balik bangunan fisik Hotel Loman, tersembunyi sebuah energi batin yang hidup. Lumo bukan sekadar nama, tetapi filosofi yang menjiwai setiap ruang, aroma, dan sapaan dalam hotel ini,” ujar:Agus:Rabu:02/06/2025 di Loman Park Hotel Yogyakarta

Lebih dari Sekadar Branding

Berangkat dari akar kata “Lumo”, yang bermakna memberi dengan tulus, Loman Park Hotel menjadikan semangat ini sebagai identitas dan jiwa dalam menjalankan layanan. Di era pemasaran yang kerap mengandalkan manipulasi emosi, Lumo hadir sebagai antitesis: bukan untuk menarik sebanyak-banyaknya, tetapi untuk melimpahkan kebaikan.

Energi memberi dalam praktiknya bukan berupa diskon atau promosi instan, melainkan hadir dalam wujud keramahan yang otentik, perhatian pada detail, serta kehadiran penuh dari setiap staf hotel yang menyambut tamu dengan hangat layaknya keluarga sendiri.

“Memberi bukanlah tindakan transaksional, tetapi wujud tertinggi dari kesadaran akan keberlimpahan,” kata Agus.

Pilar Filosofis Hotel Loman

1. Identitas Merek dan Energi Arketipal
Dalam teori branding modern (Aaker, Kapferer), identitas merek bukan hanya visual, tetapi juga struktur energi. Hotel Loman memposisikan dirinya dalam arketipe The Giver, yakni penyedia yang hadir bukan untuk mengambil, tetapi untuk melayani.

“Brand yang memberi adalah brand yang hidup dalam kesadaran kelimpahan, bukan kelangkaan.”

2. Spiritualitas dalam Pelayanan
Lumo diterjemahkan menjadi bentuk layanan penuh kasih, empati, dan kepekaan emosional. Konsep ini selaras dengan semangat servant leadership, yang menjadikan pelayanan sebagai jalan spiritual, bukan hanya operasional.

3. Karakter sebagai Diferensiasi Strategis
Dalam industri perhotelan yang sarat persaingan, karakter menjadi nilai pembeda. Loman tidak bermain di harga, tetapi pada kekuatan nilai dan hubungan. Budaya memberi menjadi DNA perusahaan yang menjiwai rekrutmen, interior, hingga cara menyapa tamu.

“Dalam marketing berkesadaran, karakter adalah ekuitas merek yang paling tahan lama.”

4. Energi Ruang dan Psikogeografi
Lumo juga diwujudkan melalui desain ruang yang memperhatikan resonansi batin: pencahayaan alami, suara alam, aroma lokal, serta elemen budaya. Ruang hotel menjadi healing space, bukan sekadar tempat tinggal sementara.

5. Branding sebagai Ekspresi Budaya Lokal
Lumo tak hanya memberi secara emosional, tapi juga kepada komunitas. Hotel ini merangkul produk lokal, seni, dan tradisi sebagai bagian dari ekosistem ekonomi kreatif. Branding Lumo pun menjadi ekspresi budaya yang berkelanjutan.

Memberi Sebagai Jalan Pulang

Hotel Loman bukan sekadar tempat bermalam, tetapi ruang untuk mengalami. Lumo adalah pernyataan nilai, undangan batin, dan komitmen untuk terus memberi—melayani dengan cinta yang nyata.

“Di tengah dunia yang serba meminta, Lumo mengingatkan kita bahwa memberi adalah jalan pulang bagi kemanusiaan.” Pungkas:(Agus w)