Peristiwa

Di Balik Pintu Besi Lapas Bengkalis: Ketika Pencegahan TBC Jadi Ruang Bernapas Baru

63
×

Di Balik Pintu Besi Lapas Bengkalis: Ketika Pencegahan TBC Jadi Ruang Bernapas Baru

Sebarkan artikel ini
Teks foto; Kalapas Bengkalis Priyo Tri Laksono bersama jajaran Lapas Kelas IIA Bengkalis dan tenaga kesehatan memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan skrining TBC pada Senin, (24/11/2025)/R45/Humas

Bengkalis, Rakyat45.com – Suara pintu besi yang berderit pelan pada Senin pagi (24/11/2025) itu seakan menjadi pembuka babak baru di Lapas Kelas IIA Bengkalis. Di tempat yang kerap dipandang dari jauh dan dipersepsikan sebagai ruang penuh batas, justru hadir wujud kepedulian negara yang paling manusiawi, menjaga napas setiap warganya.

Sebuah alat Rontgen berdiri di sudut ruangan, sederhana namun sarat makna. Di dekatnya, lembar pemeriksaan menunggu diisi. Tak ada seremoni, yang tampak hanyalah barisan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dari Blok A yang mengantre dengan tenang, sebuah pemandangan yang mengingatkan bahwa kesehatan, di mana pun seseorang berada, tetap menjadi kebutuhan paling dasar.

Di lingkungan hunian yang padat, TBC bukan sekadar istilah medis; ia hadir sebagai ancaman yang dapat merayap senyap dari satu napas ke napas lainnya. Karena itu, skrining tidak lagi sekadar program, tetapi bentuk perlindungan yang menggugah kesadaran: bahwa di balik identitas hukum, ada tubuh yang rentan, ada manusia yang berhak sehat.

Kepala Lapas Kelas IIA Bengkalis, Priyo Tri Laksono, memahami benar kenyataan itu. Ia tidak sekadar bicara soal prosedur kesehatan, tetapi soal nilai.

“Bagi kami, kesehatan warga binaan bukan hanya urusan medis, tetapi bagian dari penghormatan terhadap hak dasar manusia. Mereka berada dalam masa pembinaan, bukan kehilangan hak untuk sehat,” ujar Priyo dengan nada yang teguh.

Ia lalu menegaskan bahwa pencegahan TBC harus dilakukan tanpa pandang bulu.

“Siapa pun yang tinggal di dalam Lapas baik warga binaan maupun petugas, hidup dalam ruang yang sama, bernapas dalam udara yang sama. Karena itu, menjaga kesehatan adalah tanggung jawab bersama, yang harus dijalankan dengan konsisten dan penuh kesadaran.”

Priyo menutup pesannya dengan pengingat yang sederhana namun kuat, “Kegiatan ini adalah bukti negara hadir. Hadir bukan hanya melalui sistem, tetapi melalui kepedulian yang nyata.”

Program skrining ini terlaksana berkat sinergi PT. Tirta Medical Center, Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, dan Puskesmas Bengkalis. Selama delapan hari hingga 8 Desember 2025, tim medis akan menyusuri setiap blok hunian untuk memastikan tidak ada satu pun penghuni yang terlewatkan, tak ada yang dibiarkan di belakang.

Secara teknis, kegiatan ini ditujukan untuk deteksi dini dan pemetaan kesehatan WBP. Namun maknanya jauh lebih dalam: perhatian seperti ini memberi ruang bagi warga binaan untuk merasa diakui, dihargai, dan disiapkan untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan pengawasan langsung dari Kalapas, Kasi Binadik, Kasubsi Bimkemaswat, dokter lapas, staf klinik, dan regu jaga, hari pertama skrining berjalan tertib dan lancar. Sebuah langkah kecil, mungkin.

Pemeriksaan hari pertama berjalan aman, tertib, dan lancar, menandai komitmen bersama dalam menjaga kualitas kesehatan di Lapas Bengkalis.**