Karawang, Rakyat45 – Presiden Joko Widodo secara resmi meresmikan Modeling Kawasan Tambak Budi Daya Ikan Nila Salin (BINS) di Karawang, Jawa Barat pada Rabu (8/5/2024). BINS diharapkan menjadi terobosan dalam budidaya ikan nila di darat.
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan bahwa BINS dibangun di lahan seluas 80 hektar di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya (BLUPPB) Karawang. “Total produksinya mencapai 7.020 ton/tahun atau senilai Rp196,5 miliar dengan harga jual nila salin Rp28 ribu/kilogram,” ungkap Trenggono.
Menurut Menteri KP Trenggono, produksi tersebut akan terus ditingkatkan hingga mencapai 10.000 ton per tahun. Hasil produksi BINS akan mendukung industriasi ikan nila di Indonesia, diolah menjadi produk olahan fillet untuk diekspor.
“Kami targetkan produksi mencapai 10 ribu ton per tahun, dengan berat per ekor tidak kurang dari 1 kilogram, sehingga dapat difillet. Industri ini juga akan mendukung industri hilir,” ujar Menteri Trenggono.
Ikan nila memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar global. Data Future Market Insight (2024) memproyeksikan nilai pasar ikan nila dunia pada 2024 mencapai USD14,46 miliar, meningkat 59 persen menjadi USD23,02 miliar pada 2034.
Dari segi teknis produksi, BINS menggunakan teknologi modern seperti mesin pakan otomatis, sistem kincir, dan alat pengukur kualitas air berbasis IOT dan tenaga surya. Tambak dilengkapi dengan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) yang ramah lingkungan. Investasi yang dikeluarkan KKP untuk membangun BINS mencapai Rp46,6 miliar.
BINS diakui sebagai terobosan budidaya ikan nila di darat. Sebagian besar budidaya ikan nila di Indonesia dilakukan di keramba jaring apung (KJA) yang tidak ramah lingkungan dan dapat merusak ekosistem.
Hadirnya BINS juga menjadi solusi bagi tambak udang yang tidak beroperasi optimal. KKP berencana merevitalisasi 78 ribu hektar tambak udang idle di Pantura Jawa untuk pengembangan budidaya nila salin. Budidaya nila salin jauh lebih produktif dibandingkan dengan tambak udang tradisional.
“Ikan nila salin memiliki keunggulan lebih kuat terhadap kondisi lingkungan Pantai Utara Jawa, teknologinya mudah diterapkan oleh masyarakat, serta pasar yang selalu tersedia baik di domestik maupun global,” pungkas Menteri KP Trenggono.