Jakarta, Rakyat45.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali mencatatkan pelemahan pada perdagangan hari Rabu (11/12), di tengah tekanan sentimen global berupa ketegangan geopolitik dan ekspektasi kebijakan moneter Amerika Serikat.
Di awal sesi perdagangan, rupiah melemah sebesar 29 poin atau sekitar 0,19 persen ke level Rp15.900 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di Rp15.871 per dolar AS.
“Ketegangan geopolitik masih mendukung penguatan dolar AS di posisi tinggi, sehingga ruang penguatan rupiah menjadi terbatas,” jelas Ariston Tjendra, analis pasar uang, di Jakarta.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS mencatat kenaikan tipis pagi ini, dari 106,22 ke 106,35, mencerminkan posisi dominan mata uang tersebut di pasar global.
Namun demikian, para pelaku pasar juga memantau kemungkinan kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve, yang diproyeksikan akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember 2024. Ekspektasi ini menjadi salah satu faktor yang membantu menjaga pelemahan rupiah tetap terkendali.
Selain kebijakan The Fed, janji pemerintah China untuk memberikan stimulus ekonomi turut memberikan angin segar bagi aset-aset di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dianggap mampu menahan pelemahan lebih lanjut pada rupiah.
Lebih lanjut, pasar juga menantikan data inflasi konsumen Amerika Serikat untuk bulan November yang akan dirilis malam ini. Data tersebut diharapkan mampu memberikan konfirmasi terkait arah kebijakan moneter AS ke depannya.
“Rupiah diperkirakan masih memiliki peluang untuk bertahan di bawah level Rp15.900 per dolar AS hari ini, dengan potensi penguatan menuju Rp15.830 per dolar AS,” tutup Ariston.
Situasi pasar yang dinamis terus menjadi perhatian utama, khususnya di tengah ketidakpastian global yang semakin tinggi. Pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan mencermati berbagai perkembangan yang bisa memengaruhi pergerakan nilai tukar.
Sumber : Antara
Editor : Yohanes PD