Rupat, Rakyat45.com – Jika kamu sedang mencari destinasi liburan yang masih alami, tenang, dan jauh dari hiruk-pikuk kota, maka Pulau Rupat adalah jawabannya. Terletak di Kabupaten Bengkalis, Riau, pulau ini seperti “permata tersembunyi” di ujung timur Sumatera yang kini mulai mencuri perhatian para pecinta perjalanan.
Hamparan pasir putih lembut, deburan ombak Selat Melaka yang menenangkan, dan panorama pantai seperti Lapin, Ketapang, serta Pesona, menjadikan Rupat ibarat lukisan alam yang menenangkan jiwa. Setiap langkah di atas pasirnya seolah menghapus penat dan mengembalikan energi baru.
Di bawah tangan dingin Bupati Kasmarni dan Wakil Bupati Bagus Santoso, wajah Pulau Rupat kini berubah signifikan. Akses jalan yang dulunya sulit kini kian mulus, jembatan-jembatan baru menghubungkan titik wisata, dan berbagai fasilitas pendukung terus dibangun.
Pemerintah pusat pun ikut memberi dukungan besar melalui dana APBN senilai Rp60 miliar dari program Instruksi Presiden (Inpres) Kementerian PUPR. Dana ini menjadi bahan bakar bagi Rupat untuk mempercantik diri, menjadikannya destinasi yang tak hanya indah, tapi juga nyaman untuk dijelajahi.
Biasanya, wisatawan menuju Pulau Rupat lewat Pelabuhan Roro Dumai–Batu Panjang. Tapi kalau kamu ingin cara yang lebih seru dan cepat, ada opsi yang sedang hits di kalangan traveler lokal: menyeberang pakai pompong dari Selingsing ke Pergam atau Sukarjo Mesim.
Salah satu yang paling populer adalah Kojon Pompong. Layanan ini bukan sekadar alat transportasi, tapi juga bagian dari pengalaman itu sendiri. Bayangkan—menaiki kapal kayu tradisional, melintasi lautan selama 40 menit sambil menikmati angin laut dan panorama kapal nelayan di kejauhan.
Harga? Cuma sekitar Rp50.000 per motor (termasuk satu atau dua penumpang). Murah, cepat, dan pastinya lebih berkesan dibanding antre berjam-jam di pelabuhan Roro.
Satu hal unik dari penyeberangan ini adalah jadwalnya yang mengikuti pasang surut air laut. Jadi, tidak ada jadwal tetap seperti kapal besar—semuanya tergantung pada alam. Tapi jangan khawatir, selama menunggu, kamu bisa bersantai di area tunggu yang nyaman.
Di dermaga, tersedia warung makan sederhana yang menyajikan kopi hangat dan mi goreng khas pesisir, toilet bersih, serta musholla untuk beribadah. Suasananya akrab dan hangat, membuat waktu tunggu terasa seperti bagian dari perjalanan itu sendiri.
Begitu kapal siap berangkat, suasana menjadi hidup. Kru dengan cekatan menaikkan motor satu per satu ke atas geladak kayu, mengikatnya kuat dengan tali simpul tradisional. Setelah semuanya tertata, kapal perlahan meninggalkan dermaga, membelah air biru yang berkilau di bawah sinar matahari.
Dari atas pompong, kamu bisa melihat kapal tanker raksasa yang melintas di kejauhan dan nelayan lokal yang sibuk mencari ikan. Angin laut berhembus lembut, membawa aroma asin khas laut yang menenangkan. Semua terasa autentik dan alami. pengalaman yang jarang bisa kamu temui di destinasi wisata mainstream.
Agar perjalananmu lancar, pastikan kamu menghubungi pihak Kojon Pompong sebelum berangkat. Mereka akan memberitahu jadwal keberangkatan sesuai kondisi air laut.
Dengan memilih jalur ini, kamu bukan cuma menghemat waktu, tapi juga ikut mendukung ekonomi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup dari jasa penyeberangan ini.
Pulau Rupat bukan hanya tempat untuk berlibur, ia cerita perjalanan dari debur ombaknya, keramahan warganya, hingga pompong yang menari mengikuti pasang surut laut, semuanya mengajarkan tentang kesederhanaan dan keindahan hidup.
Jadi, jika kamu bosan dengan wisata yang itu-itu saja, mungkin sudah saatnya melangkah ke Rupat, surga tropis Riau yang diam-diam sedang naik daun.
Pulau Rupat – karena keindahan sejati tak perlu banyak kata, cukup kamu rasakan sendiri.
Informasi lebih lengkap tentang prinsip editorial kami bisa dibaca di Kebijakan Redaksi.