JAKARTA, RAKYAT45.com – Memasuki bulan ketiga, kasus virus corona COVID-19 masih terus menyebar. Meskipun menimbulkan kekhawatiran, perjuangan melawan virus masih memberikan kenyakinan bahwa wabah virus corona bisa segera diatasi.
Faktanya, dari 214 ribu kasus COVID-19 di seluruh dunia, 83 ribu di antaranya dinyatakan sembuh. Ada beberapa mitos dan fakta dari penyebaran virus corona, dikutip dari The Guardian, simak 4 mitos fakta berikut.
1. Masker bukan jaminan tak tertular
Mengenakan masker bukan jaminan kamu tidak akan tertular. Virus pun bisa menular melalui mata dan partikel virus kecil, yang dikenal sebagai aerosol, dan masih dapat menembus masker. Namun, masker efektif untuk menangkap tetesan, yang merupakan rute utama penyebaran virus corona.
Bahkan, hasil penelitian memperkirakan perlindungan menjadi lima kali lipat lebih baik jika dibandingkan tanpa penghalang. Jika kamu kemungkinan berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi, sebuah masker akan meminimalisasi kemungkinan penularan. Jika kamu hanya berjalan-jalan di kota dan tidak berhubungan dekat dengan orang lain, mengenakan masker sepertinya tidak akan ada bedanya.
2. Tak selalu berdampak fatal
Banyak penderita virus corona tidak mengalami dampak yang lebih buruk dari gejala flu musiman. Namun, dilihat dari profil keseluruhan penyakit, ini termasuk tingkat kematiannya jelas terlihat lebih serius.
Pada awal wabah, tingkat kematian bisa terlalu tinggi, belum lagi banyak kasus yang tidak terjawab. Namun, minggu ini, seorang ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menduga, ini tidak berlaku pada COVID-19. Bruce Aylward, yang memimpin misi internasional ke China untuk mempelajari tentang virus dan respons negara itu, menyebutkan bukti yang menunjukkan kita memang hanya melihat ‘puncak gunung es’.
Jika dilakukan pengujian lebih mendalam, perkiraan tingkat kematian sekitar 1 persen saat ini memang akurat. Ini akan membuat COVID-19, kurang lebih 10 kali lebih mematikan daripada flu musiman yang diperkirakan membunuh antara 290.000 dan 650.000 orang per tahun secara global.
3. Lebih berisiko pada lansia
Kebanyakan orang yang bukan berusia lanjut dan tidak memiliki masalah kesehatan tidak terjangkit COVID-19. Namun, penyakit ini berisiko lebih tinggi menyebabkan masalah pernapasan serius daripada flu musiman.
Adapun kelompok berisiko terjangkit penyakit ini adalah petugas kesehatan. Pasalnya, kecenderungan mereka terpapar virus lebih tinggi, sehingga mereka sangat rentan. Kaum muda dan mereka hidup dengan sehat, termasuk melaporkan gejala dan mengikuti instruksi karantina, akan berperan penting dalam masyarakat yang terkena wabah.
4. Jaga jarak agar tak tertular
Untuk flu, beberapa pedoman rumah sakit menjelaskan agar membatasi jarak hingga enam kaki atau 1,5-1,8 meter dari orang yang terinfeksi, yang bersin atau batuk, selama 10 menit atau lebih. Bagaimana pun, jika kurang dari jarak itu kemungkinan tertular lebih besar. Bahkan, virus bisa menular melalui permukaan benda, meskipun dianggap sebagai rute penularan yang kurang umum.
5. Vaksin siap dalam beberapa bulan
Para ilmuwan dengan cepat keluar mengklaim telah memulai pengembangan vaksin untuk virus corona baru, dengan dibantu oleh rilis awal dari urutan genetik peneliti China. Pengembangan vaksin yang berkelanjutan terus berlanjut, dengan beberapa tim yang melakukan percobaan pada hewan. Namun, uji coba tambahan sebelum vaksin komersial dapat diluncurkan merupakan upaya yang panjang dan yang penting untuk memastikan, efek samping yang minim. Vaksin yang tersedia secara komersial paling cepat selesai dalam setahun.
Sumber: detik.com