Istanbul, Rakyat45.com – Matahari telah memasuki fase paling aktif dalam siklus 11 tahunannya, mencapai periode yang dikenal sebagai *solar maximum* atau maksimum Matahari. Fase ini diperkirakan akan berlangsung hingga tahun depan, menurut para ilmuwan dari NASA, NOAA, dan Panel Prediksi Siklus Matahari dalam sebuah konferensi terbaru.
Setiap 11 tahun, aktivitas magnetik Matahari mengalami fluktuasi, dari rendah hingga tinggi. Selama puncak aktivitas, kutub magnetiknya berbalik, membuat Matahari berubah dari kondisi tenang menjadi penuh badai. NASA dalam pernyataannya pada Selasa (15/10) menyebutkan bahwa ini adalah waktu krusial untuk mempelajari bintang terdekat kita.
Jamie Favors, Direktur Program Cuaca Antariksa di NASA, menjelaskan, “Selama periode maksimum ini, jumlah bintik Matahari meningkat drastis, dan hal ini berhubungan langsung dengan intensitas aktivitas Matahari.”
Namun, bukan hanya fenomena ilmiah yang menarik perhatian, aktivitas tinggi Matahari ini juga berdampak nyata pada Bumi. Dari satelit yang mengorbit, astronot di luar angkasa, hingga jaringan listrik, GPS, dan komunikasi di Bumi, semuanya bisa terkena dampaknya.
Meskipun Matahari sudah mencapai periode maksimum, Elsayed Talaat dari NOAA menekankan bahwa puncak sebenarnya dari siklus ini belum dapat diprediksi dengan pasti. “Kita masih akan terus memantau siklus ini, tetapi kapan tepatnya puncaknya terjadi, mungkin masih memerlukan waktu beberapa bulan atau bahkan tahun,” ujarnya.
Cuaca antariksa akibat aktivitas Matahari memang merupakan fenomena yang tak hanya menarik bagi para ilmuwan, tapi juga berdampak besar bagi kehidupan di Bumi dan tata surya.(Sumber: Anadolu)