RAKYAT45.COM – Memantau asupan makanan sering kali menjadi fokus utama bagi penderita diabetes. Namun, studi terbaru mengungkapkan bahwa selain jenis makanan, waktu makan ternyata juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan gula darah.
Studi yang diterbitkan dalam Diabetes Research and Clinical Practice ini menunjukkan bahwa “pola makan dengan waktu terbatas”, metode yang membatasi jam makan dalam kurun waktu tertentu, terbukti efektif untuk mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes.
Teknik ini juga dikenal sebagai puasa intermiten, di mana waktu makan hanya dibatasi selama 4 hingga 10 jam sehari, sementara di luar jam tersebut dianjurkan untuk berpuasa.
Para peneliti dalam studi ini menganalisis dampak pola makan terbatas waktu selama enam bulan pada 52 pasien diabetes tipe 2 yang berusia antara 35 hingga 65 tahun.
Partisipan terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok diet standar dan kelompok pola makan dengan waktu terbatas.
Sementara kelompok diet diarahkan untuk meningkatkan kualitas makanan mereka dengan memperbanyak sayuran dan mengurangi konsumsi alkohol, kelompok kedua diarahkan untuk membatasi jam makan dari pukul 10 pagi hingga 7 malam.
Kedua kelompok menunjukkan penurunan kadar gula darah yang signifikan, dengan perbaikan terbesar tercatat setelah dua bulan pertama.
Para peneliti juga mengukur kadar glukosa darah partisipan setiap dua bulan menggunakan tes HbA1c, yang hasilnya menunjukkan bahwa pola makan terbatas waktu sama efektifnya dengan diet standar dalam mengontrol gula darah.
Pola makan dengan waktu terbatas tidak hanya mudah diterapkan, tetapi juga mampu memberi dorongan tambahan bagi pasien untuk menjalani pola hidup sehat.
Banyak dari partisipan melaporkan peningkatan motivasi untuk menjaga pola makan yang lebih sehat dan merasakan manfaat tambahan seperti penurunan berat badan (rata-rata 5-10 kg).
“Studi ini menemukan bahwa pola makan terbatas waktu tidak hanya efektif dalam menurunkan kadar glukosa, tetapi juga lebih mudah diterapkan bagi banyak pasien.
Selain itu, banyak yang mengalami penurunan berat badan yang tak terduga,” ungkap tim peneliti dalam rilis berita mereka.
Walaupun pola makan ini memberikan manfaat yang menjanjikan, para peneliti tetap mengingatkan bahwa tidak semua penderita diabetes cocok dengan metode ini, terutama mereka yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang mungkin tidak direkomendasikan untuk dipadukan dengan puasa.
Oleh karena itu, sangat penting bagi penderita diabetes untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menerapkan perubahan pola makan ini.
Penemuan ini menjadi harapan baru bagi pengidap diabetes tipe 2 untuk memulai langkah kecil dalam mengendalikan kesehatan mereka, sembari membangun kebiasaan positif lain yang berdampak jangka panjang.