Misteri Lahan Tora: Warga Sungai Berbari Desak Kejelasan, Limbah Akasia Jadi Penopang Ekonomi Sementara

SIAK, Rakyat45.com – Suasana di Aula Kampung Sungai Berbari, Kecamatan Pusako, Kabupaten Siak, Rabu pagi (18/6/2025), mendadak hangat. Sekitar dua puluh warga pemilik Sertifikat Hak Milik (SHM) lahan Tora berkumpul dalam rapat konsolidasi yang digelar pemerintah kampung. Pertemuan ini digagas sebagai langkah awal mencari titik terang terhadap pengelolaan lahan yang sempat ‘mengambang’.

Rapat dipimpin langsung oleh Kepala Dusun Sungai Berbari, Sahrial, menggantikan Penghulu Kampung Maragading Harahap yang sedang menghadiri musrenbang tingkat kecamatan. Turut hadir pula Bhabinkamtibmas, para Ketua RT, dan sejumlah tokoh masyarakat.

“Dari sekitar 170 pemilik SHM, hanya dua puluhan yang hadir. Ini jadi catatan tersendiri. Tapi bukan soal jumlahnya, yang penting suara yang hadir hari ini bisa menyampaikan harapan warga lainnya,” ujar Sahrial kepada wartawan usai rapat.

Dalam kesempatan tersebut, Sahrial menyoroti pengelolaan lahan oleh PT. ASP yang sudah mulai beroperasi. Ia mengimbau agar masyarakat tidak terburu-buru menghabiskan potensi lahan lain yang belum digarap, tetapi memaksimalkan yang sudah ada terlebih dahulu.

“Lahan yang sudah dibuka PT. ASP itu sebaiknya dioptimalkan dulu. Jangan semuanya dibabat habis. Lihat saja kampung Pedadaran, sampai sekarang belum juga ada hasil nyata. Kita harus belajar dari sana,” jelasnya.

Tak hanya itu, Sahrial menegaskan bahwa limbah seperti pohon akasia bisa dimanfaatkan sementara, selama program Tora belum berjalan sepenuhnya. Ia menyebut masyarakat tak bisa terus menunggu tanpa kejelasan, apalagi jika peluang ekonomi bisa didapat dari sumber daya yang ada.

Senada dengan itu, Jonson Tawer Tampubolon, salah satu pemilik lahan sekaligus Ketua RT, turut bersuara lantang. Ia menegaskan bahwa program Tora yang merupakan gagasan Presiden Jokowi harusnya menjadi solusi, bukan teka-teki.

“Selama program ini belum jalan, kenapa limbah seperti akasia itu tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan ekonomi masyarakat? Kami siap mendukung program pemerintah, asal ada sosialisasi dan kejelasan. Jangan sampai kami dibiarkan menggantung,” tegas Jonson.

Pertemuan ini membuka babak baru dalam perjuangan masyarakat Kampung Sungai Berbari. Di tengah ketidakpastian program nasional, mereka memilih melangkah dengan memanfaatkan apa yang ada – sembari terus menagih kejelasan.

Apakah suara dari kampung ini akan sampai ke pusat? Atau justru akan tenggelam bersama tumpukan limbah akasia yang terus menggunung?