Jakarta, Rakyat45.com – Seorang tersangka kasus narkoba berinisial RA (26) meninggal dunia setelah dikeroyok oleh sesama tahanan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Depok, Jawa Barat. Insiden tragis ini diduga dipicu oleh perilaku tidak sopan korban selama berada di dalam tahanan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, mengonfirmasi bahwa RA diduga menjadi korban pengeroyokan oleh sesama tahanan. Berdasarkan keterangan para saksi, RA dianggap tidak sopan selama proses registrasi dan pemeriksaan di ruang tahanan, yang kemudian memicu tindak kekerasan terhadapnya.
Dikeroyok oleh Enam Tahanan
Enam orang tahanan yang diduga terlibat langsung dalam pengeroyokan RA telah diamankan oleh pihak kepolisian. Ade Ary menjelaskan peran masing-masing pelaku dalam penganiayaan tersebut. Beberapa pelaku menggunakan benda-benda seperti kursi dan kabel untuk memukul korban, sementara yang lain menendang korban hingga mengakibatkan cedera serius.
Kronologi Kejadian
RA, yang merupakan tersangka kasus narkoba Polda Metro Jaya, telah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Depok pada Kamis (29/8). Setelah penyerahan tersebut, RA dititipkan ke Rutan Kelas I Depok pada sore harinya. Namun, tak lama setelah tiba di Rutan, korban terlibat insiden pengeroyokan yang terjadi saat proses registrasi, pemeriksaan kesehatan, dan cukur rambut.
Menurut penjelasan Ade Ary, pada pukul 18.30 WIB, pihak Rutan menghubungi keluarga korban, menyatakan bahwa RA mengalami sakit. Namun, keluarga korban tidak berhasil menemui RA saat tiba di Rutan. Kemudian, RA dibawa ke RS Primaya Cilodong, di mana ia dinyatakan meninggal dunia pada pukul 19.45 WIB.
Luka Tusuk dan Lebam di Tubuh Korban
Setelah RA dinyatakan meninggal, jenazahnya dibawa ke rumah duka. Keluarga korban menemukan luka lebam serta beberapa luka tusuk di bagian dada, perut, dan punggung korban. Keluarga kemudian melaporkan kejadian ini ke Polres Metro Depok, yang segera melakukan autopsi untuk memastikan penyebab kematian RA.
Evaluasi Pengawasan Rutan
Kepala Rutan Depok, Lamarta Surbakti, menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terkait insiden tersebut. Lamarta mengakui bahwa kekurangan petugas dan pergantian shift saat kejadian menjadi faktor yang menyebabkan terlambatnya tindakan pencegahan.
“Kami akan mengevaluasi dan melakukan pembenahan di Rutan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang,” ujar Lamarta.