Pekanbaru, Rakyat45.com – Penganiayaan terhadap Alisa, seorang anak di bawah umur, oleh selebgram terkenal Cut Salsa, kembali menjadi perhatian publik. Meski telah ditetapkan sebagai tersangka sejak akhir 2023, Terdakwa hingga kini belum ditahan. Situasi ini memicu kekecewaan mendalam dari pihak keluarga korban yang terus memperjuangkan keadilan.
Insiden tersebut terjadi di salah satu kafe di Mal SKA Pekanbaru pada Desember 2023. Berdasarkan keterangan Weni Mulyono, ibu Alisa, pelaku tiba-tiba menyerang anaknya tanpa alasan jelas.
“Anak saya dijambak, disiram air, bahkan dibanting ke lantai. Bukti visum sudah kami serahkan ke Polresta Pekanbaru,” ungkap Weni saat konferensi pers, Rabu (22/1/2025).
Akibat kejadian ini, Alisa mengalami trauma berat hingga berhenti sekolah. “Dia sering menangis dan sulit kembali ke kehidupan normalnya,” tambah Weni dengan suara bergetar.
Ironisnya, alih-alih bertanggung jawab, terdakwa justru melaporkan balik korban. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari kasus utama.
“Kami sangat kecewa. Anak saya korban, tapi malah dilaporkan balik. Ini benar-benar tidak adil,” tegas Weni.
Laporan keluarga korban sempat terhambat oleh dugaan ketidakprofesionalan penyidik Polresta Pekanbaru. Berdasarkan penyelidikan Subbid Paminal Bidpropam Polda Riau, ditemukan indikasi pelanggaran disiplin oleh penyidik yang menangani kasus ini.
“Propam Polda Riau telah mengeluarkan surat tentang ketidakprofesionalan penyidik yang merekayasa kasus ini. Ini jelas mencederai keadilan,” ungkap Wahyu Saputra SH, penasihat hukum korban.
Surat tersebut, yang diterbitkan pada 11 Juli 2024, menegaskan bahwa penyidik Iptu Irfan Riyadi Putra diduga melakukan pelanggaran disiplin. Keluarga korban juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambannya proses hukum, yang membuat korban semakin tertekan.
Setelah penantian panjang, kasus ini mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Pekanbaru pada Rabu (22/1/2025). Agenda sidang perdana adalah mendengarkan keterangan saksi dari kedua belah pihak.
“Kami sudah terlalu lama menunggu. Saya hanya ingin anak saya mendapatkan keadilan,” ujar Weni dengan mata berkaca-kaca.
“Anak saya masih trauma, bahkan harus mengonsumsi obat untuk gangguan psikologisnya. Kami hanya ingin pelaku dihukum setimpal,” tegas Weni di depan awak media.
Kasus ini memantik reaksi publik, terutama karena melibatkan figur publik yang dikenal luas di media sosial. Banyak pihak menyerukan dukungan untuk Alisa dan keluarganya, sambil mendesak aparat penegak hukum untuk segera menegakkan keadilan.
Hasil persidangan ini akan menjadi ujian bagi integritas sistem hukum dalam menangani kasus yang melibatkan pihak-pihak berpengaruh. Publik kini menanti apakah keadilan dapat benar-benar ditegakkan untuk Alisa, seorang korban yang telah menderita begitu lama akibat kejadian ini.